Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mangalahat Horbo, Tradisi Kurban Khas Batak Zaman Dulu

Kompas.com - 13/09/2013, 16:47 WIB
Kontributor Pematangsiantar, Tigor Munthe

Penulis


SAMOSIR, KOMPAS.com — Hari ke-6 Festival Danau Toba 2013, panitia menggelar sebuah acara menarik dan unik, yakni Mangalahat Horbo, Jumat (13/9/2013). Acara ini digelar di Open Stage Tuktuk Siadong, dihadiri Bupati Samosir Mangindar Simbolon dan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sapta Nirwandar.

Mangalahat Horbo yang disaksikan ratusan warga dan pengunjung dipimpin oleh Uskup Agung Medan Pastor Anicetus B Sinaga. Mangalahat Horbo diawali dengan prosesi para unsur pelaksana yang terdiri dari berbagai pihak mulai para raja, perempuan Batak, pamantom atau penombak horbo atau kerbau, memasuki arena upacara. Di tempat, sudah disiapkan satu tiang atau borotan di bagian tengah arena.

Diiringi Gondang Batak, horbo pada malam sebelum upacara sudah dikandangkan di sekitar arena upacara, ditarik enam pria. Sebelumnya, bagian mulut kerbau sudah diikat lalu disambungkan dengan sebuah kayu bulat, untuk memudahkan penarikan ke tengah arena upacara.

Dari belakang, rombongan raja-raja mengikuti arak-arakan horbo oleh keenam penarik kerbau dengan mengelilingi tiang tambatan atau kayu borotan sebanyak tujuh kali. Setelah itu, barulah kerbau ditambatkan di kayu borotan ini.

Tak lama kemudian, seorang dari rombongan para raja yang membawa tombak meminta izin kepada pemimpin upacara untuk menombak kerbau yang sudah diikatkan di tiang borotan atau tiang tambatan. Setelah ditombak beberapa kali, kerbau itu kemudian dijerat dengan tali untuk memastikan hewan itu mati.

Salah seorang panitia pelaksana Mangalahat Horbo, Pastor Herman Tagor Nainggolan, mengatakan, Mangalahat Horbo Bius adalah tradisi tua milik orang Batak Toba. Kata Herman, ini merupakan perayaan kurban kerbau kepada Mula Jadi Na Bolon yang merupakan pencipta segala sesuatu.

"Dulu, upacara Mangalahat Horbo Bius itu dilakukan untuk mengawali, atau pembukaan sebelum orang Batak turun ke sawah. Ada upacara seperti tadi kita saksikan. Untuk kesuburan tanah, perkembangbiakan ternak, dan juga untuk kesejahteraan manusia atau sinur na pinahan, gabe naniula, dan horas jolma," kata Pastor Herman.

Jadi upacara ini dilakukan suatu komunitas bernama Bius —sebuah perkampungan Batak— untuk menyampaikan kurban persembahan yang mana upacara merupakan sebuah pesta besar seluruh masyarakat Bius.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com