Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bernilai Ekonomis, Tanaman Khas Merapi Jadi Semakin Langka...

Kompas.com - 12/09/2013, 06:41 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Kantong semar (Nepenthes) adalah satu dari dua tanaman khas Gunung Merapi, di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Selain hancur akibat terjangan awan panas ketika Gunung Merapi meletus pada 2010, tanaman ini semakin langka dijumpai justru karena nilai ekonomisnya yang tinggi.

"Tumbuhan kantong semar memang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi, jadi ada beberapa warga yang menjual ke kolektor," kata Koordinator Pengendalian Ekosistem Hutan Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), Asep Nia Kurnia, Rabu (11/9/2013).

Asep mengakui saat ini belum ada prioritas khusus yang dilagukan TNGM untuk tanaman kantong semar. Saat ini mereka masih fokus melakukan restorasi di sekitar puncak Gunung Merapi. Di kawasan tersebut, hampir semua tanaman rusak saat letusan pada 2010.

Meski demikian, Asep mengatakan tak tertutup kemungkinan pada masa mendatang akan ada program khusus untuk kantong semar. "Saat ini ekosistem belum sepenuhnya pulih. Jadi 'rumahnya' (hutan Merapi ) belum siap," imbuh dia.

Sejauh ini, kata Asep, TNGM baru sebatas menandai lokasi-lokasi yang masih ditemukan kantong semar. Di antara lokasi itu, sebut dia, berada di antara Kaliurang dan Kali Kuning, termasuk di pinggiran Kali Kuning.

Kantong semar masuk kategori tanaman sekunder. Meski tanamannya sudah tak terlihat di permukaan tanah, biji yang ada di dalam tanah akan tumbuh kembali begitu ekosistemnya pulih. "Setelah tumbuhan awal tumbuh dan stabil, maka menyusul akan muncul tumbuhan seperti kantong semar dan anggrek," papar Asep.

Asep berharap masyarakat ikut menjaga dan melestarikan tumbuhan yang ada di dalam hutan Merapi, termasuk kantong semar dan anggrek vanda tricolor. Keduanya adalah tanaman khas kawasan tersebut. Tanpa dukungan masyarakat, kelestarian hutan ini akan lebih sulit terjaga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com