Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Ganjar Mendadak Jadi Guru SMA

Kompas.com - 09/09/2013, 19:37 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis


MAGELANG, KOMPAS.com — SMA Negeri 1 Kota Magelang mendadak heboh. Ratusan murid dan guru berbondong-bondong menuju aula sekolah tersebut, Senin (9/9/2013). Rupanya Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tengah menjadi guru di sekolah itu.

Sekitar dua jam, Ganjar menyampaikan materi tentang wawasan kebangsaan dengan cara yang santai yang diselingi kelakar. Tidak heran jika siswa betah berlama-lama duduk menyimak. Materi wawasan kebangsaan itu disampaikan Ganjar dengan memberi contoh sikap sehari-hari. Dia pun lebih banyak memancing pengetahuan siswa dengan berbagai pertanyaan.

Misalnya ketika Politisi PDI Perjuangan itu bertanya kepada lima siswa yang menari Gambyong sebelum Ganjar mengajar. Ganjar bertanya kepada setiap penari, "Kamu kenapa suka menari Gambyong, bukan modern dance atau tarian Korea yang sekarang banyak digandrungi anak-anak muda?"

"Saya disuruh Pak Wid," jawab para penari itu serempak.

Jawaban polos itu langsung membuat seisi ruangan aula tertawa. Tidak terkecuali Ganjar, dia menepuk keningnya sambil tertawa lebar.

Lantas, Ganjar menjelaskan, bahwa Tari Gambyong merupakan tari tradisional Jawa, termasuk kostum yang dikenakan berupa batik dan rangkaian bunga melati. Kostum itu sejatinya mempunyai makna tersendiri.

"Kalian lihat bunga melati yang dirangkai dan kalian pakai itu? Serta batik yang kalian kenakan? Itu semua adalah produk budaya Indonesia. Melati banyak ditanam masyarakat. Ini merupakan produk bangsa sendiri yang wajib dilestarikan kita semua," ujar Ganjar.

Di hadapan ratusan siswa dan guru, Ganjar menyampaikan bahwa kondisi Indonesia saat ini cenderung lemah dalam hal kemandirian. Sebab, dominasi pemegang perusahaan bonafit di Indonesia hingga kini masih dipegang oleh tangan-tangan asing, bahkan mencapai 50 persen lebih.

”Kemandirian ekonomi inilah yang seharusnya tidak boleh ada intervensi politik asing. Masa kita harus menyerah dengan Amerika gara-gara tempe. Padahal di Brebes saja jumlahnya (kedelai) sangat banyak,” katanya.

Hal itu diperparah dengan banyak produk Indonesia yang justru dipandang sebelah mata oleh masyarakat sendiri. Salah satu contoh, produk mobil karya anak negeri, Esemka justru diciptakan oleh anak-anak SMA sehingga popularitasnya kurang mencolok.

”Kenapa tidak dibuat di perguruan tinggi. Misalnya, ITB, IPB, UGM dan sebagainya. Itu akan membuat produk dalam negeri semakin duinggulkan, tidak lagi harus bergantung dari Jepang. Hampir semua kendaraan yang kita pakai produk Jepang. Termasuk mobil yang saya pakai,” tandasnya.

Ganjar kemudian berbicara tentang korupsi dan berbagai persoalan lain yang kini dihadapi bangsa Indonesia. "Melalui kegiatan ini, kami bisa saling membagikan informasi melalui dialog. Kami harapkan mereka tahu tentang problem-problem di Indonesia maupun Jateng," katanya seusai kegiatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com