Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuaca Buruk, Apel Batu Terserang Cacar

Kompas.com - 03/09/2013, 20:52 WIB

BATU, KOMPAS.com - Cuaca buruk yang melanda Kota Batu beberapa bulan ini membuat petani apel merugi hingga ratusan juta. Akibat cuaca buruk, apel di Kota Batu sebagian besar terserang cacar dan nyawo sehingga tidak bisa dijual.

Seorang petani apel bernama Elis (35), warga Jalan Nurhadi Dusun Cangar, Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, harus menanggung kerugian hingga Rp 55 juta. Buah apel yang ada di lahan seluas 2 hektare gagal dipanen. Sekitar 10 ton apel kena cacar harus dibuang percuma.

Elis mengaku, lahan apelnya tersebar di Desa Giripurno seluas 6.000 meter persegi, Desa Bumiaji 3.000 meter persegi, serta 1 ha di Desa Bulukerto. Sekarang lahan di Bumiaji akan disewakan ke orang lain, sedangkan yang di Giripurno akan dijual untuk membayar utang.

“Bulan Oktober nanti kami harus membayar utang. Untuk mengurangi biaya perawatan sekarang kami fokus mengurus 1 hektare saja,” ujar Elis saat ditemui di rumahnya, Selasa (3/9).

Penyakit cacar menyerang menjelang Lebaran lalu. Melihat kondisi apel tidak baik, para tengkulak mau membeli Rp 2.000 per kilogram, harusnya kalau kondisi apel normal bisa mencapai antara Rp 6.000-Rp 7.000 per kilogram.

“Saya buang saja. Kalau dijual rugi membayar kulinya, lha satu kuli saja Rp 50.000 per hari. Lahan seluas itu harus empat kuli,” ceritanya.

Pernyataan Elis itu diiyakan oleh suaminya, Sugeng. Kata Sugeng, bukan hanya dia yang kena musibah itu, ada sekitar 500 hektare lahan apel milik petani di Kota Batu mengalami nasib sama.

“Ini disebabkan kabut malam hari dan gerimis akibat cuaca tak menentu. Untuk mengatasi itu, obatnya harus dobel. Biasanya biaya obat Rp 30 juta per hektare, sekarang bisa Rp 50 juta,” keluhnya.

Petani apel laiinya di Desa Bumiaji, Darmanto juga mengeluhkan kondisi sama. Darmanto gagal memanen dari kebun apelnya yang mencapai 1 hektare. Kerugian puluhan juta pun ia tanggung. “Sekarang tidak kuat merawat apel. Biayanya mahal,” kata Darmanto.

Ia mengungkapkan, sebagian petani apel di Batu merugi, tapi yang mempunyai modal besar untuk beli obat masih bisa bertahan. “Kondisi ini tidak mesti, sekarang cuacanya ganti-ganti, kadang panas, kadang hujan. Kalau dulu bisa diprediksi,” katanya. (Iksan Fauzi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com