“Jokowi effect yang sering kali muncul dalam wacana media dan elite yang mengatakan Jokowi berpengaruh dalam pilkada tidak terbukti benar. Pengaruh Jokowi sangat rendah, terbukti perolehan suara Bambang DH hanya di bawah 40 persen,” kata Peneliti LSI Adjie Alfaraby dalam paparan media hasil hitung cepat Pilkada Jatim, Kamis (29/8/2013) di kantor LSI, Jakarta.
Dalam penghitungan cepat yang dilakukan LSI atas 350 TPS yang tersebar di seluruh wilayah di Jatim, pasangan nomor urut 3 itu hanya memperoleh suara 11,05 persen. Perolehan sampel suara itu bahkan terpaut jauh dari yang diperoleh pasangan nomor urut 4, Khofifah Indar Parawansa-Herman S Sumawiredja (BerKah). Khofifah-Herman memperoleh suara 37,76 persen.
Adjie mengungkapkan, Gubernur DKI Jakarta itu tidak mampu membantu pasangan Bambang-Said merebut suara pemilih di Jatim karena tiga alasan. Faktor tersebut, katanya, adalah pasangan yang didukung PDI Perjuangan itu tidak populer.
“Figur Bambang-Said Figur tidak cukup kuat mengimbangi pasangan KaRsa dan figur Khofifah. Hanya 40 persen pemilih yang mengaku kenal Bambang-Said,” tutur Adjie.
Selain itu, menurut Adjie, faktor lainnya adalah karena pendukung PDI Perjuangan tidak solid dalam memberikan suaranya kepada pasangan Bambang-Said.
“Hanya 18 persen pendukung PDI Perjuangan yang mendukung Bambang-Said, 50 persennya bahkan memilih KarSa,” katanya.
Faktor terakhir, lanjut Adjie, bahkan pasangan KarSa merebut suara pemilih nasional di basis wilayah Mataraman. Padahal, wilayah Mataraman merupakan basis PDI Perjuangan. Yang dimaksud wilayah Mataraman adalah daerah yang masih berbasis nasionalis yang meliputi Kediri, Nganjuk, Blitar, Tulungagung, Magetan, Madiun, Ngawi, Ponorogo, Trenggalek, dan Pacitan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.