Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pascabentrok, Pedagang di Keraton Sepi Pembeli

Kompas.com - 27/08/2013, 14:23 WIB
Kontributor Surakarta, M Wismabrata

Penulis

SOLO, KOMPAS.com — Imbas kericuhan di Keraton Solo pada Senin malam (27/8/2013) adalah para pedagang cendera mata yang berjualan di sekitar lokasi itu kini mengeluhkan sepinya pengunjung.

Alhasil, penghasilan mereka juga menurun drastis. Tidak tanggung-tanggung, Dendy (25), pedagang dompet dan aksesori mengaku, pascabentrok dia baru berhasil menjual satu barang dagangan.

"Dampaknya terasa Mas, sampai siang ini saya baru laku satu dompet. Biasanya pengunjung atau wisatawan banyak yang datang ke keraton lalu mampir beli suvenir," kata Dendy.

Selain Dendy, hal yang sama juga dirasakan oleh Farid, pedagang mainan, yang mengaku sepi pembeli dan banyak pengunjung yang tidak bisa leluasa berwisata di keraton. "Ya, mungkin karena masih ramai aparat dan situasi baru genting, jadi wisatawan tidak ada yang datang," katanya.

Sementara itu, salah satu warga Solo yang sengaja datang ke keraton untuk melihat situasi terakhir mengaku prihatin dengan polemik di keraton yang berujung dengan pecahnya kericuhan.

Teguh Sampurna (40), warga Jebres, Solo, berharap konflik segera dapat diakhiri dengan damai dan keraton bisa kembali tenang. Berdasarkan pengamatan Kompas.com, dari tiga buah loket wisata yang berada di sekitar keraton, hanya satu yang beroperasi.

Petugas museum sendiri mengaku jumlah wisatawan yang datang ke museum keraton menurun. "Setidaknya tidak seperti biasanya, jumlah pengunjung hingga siang ini masih sedikit," kata Sularjo, petugas museum, Selasa (27/8/2013).

Sementara itu, pascabentrok pada Senin malam, pengunjung hanya bisa melihat bagian museum dan tidak diperbolehkan masuk ke dalam keraton. "Prihatin juga mendengar konflik berkepanjangan di dalam keluarga keraton, kalau bisa yang segera diselesaikan dan bisa tenteram lagi," katanya.

Seperti diberitakan, sejak Senin siang hingga malam, dua kubu keluarga keraton Solo berseteru tentang pengukuhan Tedjowulan sebagai Mahamenteri oleh Raja Pakubuwono ke -13. Penobatan tersebut mendapat tentangan dari kubu saudara raja yang menjadi anggota Lembaga Adat Keraton. Lembaga adat tersebut menganggap penobatan Tedjowulan menyalahi aturan adat keraton.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com