Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten Garut Nitta K Wijaya menyatakan, sebuah survei yang dilakukan oleh para mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran waktu itu mengungkap perilaku seks bebas di kalangan pelajar Garut. Kekhawatiran sebagian kalangan sempat menyeret wacana tes keperawanan bagi siswi ke tengah publik kota berjuluk Swiss Van Java itu.
"Saya tidak ingat tahunnya. Tapi sekitar 90-an kalau tidak salah. Waktu itu mahasiswa FH Unpad melakukan angket ke sekolah-sekolah. Hasilnya memang mengejutkan. Dulu memang sempat heboh juga (tes keperawanan), tapi alhamdulillah tidak jadi," kata Nita, Selasa (20/8/2013).
Meskipun tidak menyebut rinci, Nita mengungkapkan, hasil angket itu sangat memukul kesadaran masyarakat Garut terhadap kenyataan bahwa mereka menghadapi masalah dekadensi moral yang buruk pada generasi muda mereka.
"Dari survei itu ada diketahui sekolah tertentu yang beberapa siswinya sudah biasa kencan dengan om-om. Sehingga ada olok-olokan, SMA itu singkatan dari sekolah membuat anak," jelasnya.
Lebih jauh, Nita mengungkapkan, saat ini orangtua dituntut untuk mawas diri dan lebih paham terhadap teknologi informasi. Sebab, banyak perilaku seks bebas dan pelecehan seksual remaja dan anak bermula dari internet.
"Potensi mereka mengakses konten porno lewat HP saat ini sangat mudah. Orangtua perlu terus memantau. Jika melanggar, beri anak sanksi supaya ada efek jera," tandas Nita.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.