“Tiga orang tua yang meninggal itu, ibaratnya Mbah Marijan di Gunung Merapi. Mereka bertiga tidak mau keluar dari Gunung Rokatenda, meskipun sudah diberitahu oleh pihak pemerintah setempat,” ungkap Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) NTT, Tini Tadeus, kepada Kompas.com, Sabtu Sore.
”Kepercayaan mereka di sana, kalau semua warga keluar dari zona merah itu maka, lahar akan merusak pemukiman mereka, sehingga ketiganya bertahan di sana bersama dua orang cucu mereka,” sambung Tadeus.
Tadeus mengatakan, sebagian besar warga yang lain sudah mengungsi sehari sebelumnya. Sementara hanya beberapa warga saja yang tetap tinggal untuk menjaga kampung mereka, termasuk lima orang yang meninggal tersebut.
Diberitakan sebelumnya, lima orang tewas itu berasal dari Desa Rokirole, masing masing Alosyus Lala (65), Wea Lala (56), Petrus Ware (69), serta dua orang bocah Lenga (5) dan Pio (7).
Sementara itu, lebih dari 3.000 warga lima desa di Kecamatan Palue, Kabupaten Sikka, yang berada di sekitar zona merah kawasan Gunung Berapi Rokatenda, dipindahkan ke Maumere, Ibu Kota, Kabupaten Sikka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.