Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuma Jadi Pekerjaan Sampingan, Tenun Ikat Sulit Dikembangkan

Kompas.com - 05/08/2013, 00:27 WIB
Suhartono

Penulis


WAINGAPU, KOMPAS.com — Bupati Sumba Timur, Gidion Mbilijora menyatakan, produk kerajinan tenun ikat tradisional khas Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang dikerjakan oleh para perajin tenun ikat di wilayahnya, sulit untuk dikembangkan secara bisnis dan modern.

Alasannya, para perajin kain tenun ikat belum mengembangkan usahanya sebagai industri rumahan yang profesional, tetapi hanya sebagai pekerjaan sampingan.

"Mereka belum sungguh-sungguh menjadikan tenun ikat sebagai penopang dan sumber kehidupan keluarga. Para perajin masih menggantungkan hidup dan ekonomi keluarga pada pertanian dan pekerjaan suami. Jadi, mereka sebatas membantu saja," ujar Gidion, Minggu (4/8/2013) di kediamannya di Waingapu, Sumba Timur.

Padahal, jika mau menjadi sumber hidup dan ekonomi keluarga, lanjutnya, tenun ikat harus menjadi pekerjaan utama para perajin, dan pertanian hanya menjadi penopang saja.

"Kelompok wanita tani baru bertenun setelah pekerjaan utamanya mengurus rumah tangga selesai," tambahnya.

Menurut dia, pemerintah kabupaten sepenuhnya mendukung pengembangan kain tenun ikat Sumba menjadi sumber ekonomi keluarga di Sumba Timur.

"Oleh sebab itu, kami sepenuhnya mendukung langkah-langkah pemerintah pusat menjadikan kain tenun ikat tradisional Sumba menjadi warisan budaya dunia bukan cagar alam oleh Badan Dunia yang menangani Pendidikan dan Budaya (Unesco). Kami sudah mempersiapkan agar kain tenun ikat Sumba benar-benar menjadi warisan budaya. Sekarang masih terus divalidasi proses usulannya ke Unesco," lanjutnya.

Sejauh ini, Pemerintah Kabupaten Sumba Timur mendorong perajin kelompok dan perorangan memproduksi dan mengembangkan tenun ikat.

"Pemkab Sumba Timur justru menjamin perbankan untuk memberikan bantuan kredit untuk modal bagi kelompok maupun pribadi perajin tenun ikat. Kami juga bekerjasama dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah Sumba untuk membawa produk tenun ikat Sumba Timur dalam pameran dan pameran dagang di mana pun," jelasnya.

Namun, Gidion juga berharap pengembangan tenun ikat Sumba harus ditopang pula oleh pemerintah pusat agar kain tenun ikat Sumba benar-benar sesuai perkembangan zaman, perkembangan teknologi, dan modern meski tetap mempertahankan tradisionalitasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com