Unjuk rasa dipimpin Direktur RSUD Kefamenanu Dr Zakarias Derry Fernandes dan Kepala Tata Usaha Robert Ceunfin. Mereka sempat berbantahan dengan polisi yang berjaga di pintu gerbang DPRD. Mereka tidak diizinkan masuk karena tidak membawa surat izin demonstrasi. Meskipun demikian, polisi memberikan kesempatan untuk menyampaikan aspirasi.
Dalam orasinya mereka meminta anggota Dewan bernama Theodorus Tahoni dihadirkan dan memberi klarifikasi. Namun karena Tahoni belum tiba di kantor, mereka akhirnya berorasi di halaman DPRD hingga pukul 12.00 Wita sambil menunggu Tahoni.
Seorang dokter umum di RSUD Kefamenanu, Fanji Saut Sahat Nadea (26), mengatakan bahwa persoalan berawal pada Jumat (26/7/2013) ketika dia tengah merawat seorang bocah yang mengalami cedera kepala. Saat itu pasien tersebut dalam keadaan tidak bernapas dan nadinya tidak berdenyut.
"Tiba-tiba muncul seorang bapak yang menanyakan sekaligus meminta formalin kepada saya. Namun karena sibuk, saya memintanya untuk bersabar beberapa menit," kata Fanji.
Menurut Fanji, pria itu terus mendesaknya agar segera menyediakan formalin karena pria itu sudah mencari ke semua apotek dan tak mendapatkan formalin. Mendengar hal itu, Fanji kembali meminta dia untuk menunggu sebentar.
"Jawaban saya itu membuatnya marah dan mengatakan, 'Kamu tidak tahu siapa saya?'" kata Fanji menirukan pria itu.
Waktu itu, kata Fanji, dia berterus terang mengatakan tidak mengenal pria tersebut. Mendengar hal itu, kata Fanji, Tahoni berkata dengan emosional bahwa dirinya adalah anggota DPRD. Tahoni juga bergerak maju hendak memukul Fanji. Mereka kemudian terlibat perdebatan.
"Selain mau memukul saya, dia juga memaki dan menghina saya di depan banyak orang. Katanya saya ini dokter yang bodoh dan brengsek. Selain itu juga dia mengancam akan menunggu saya pada saat sidang anggaran di DPRD nanti," kata Fanji. Perdebatan itu akhirnya dilerai oleh orang-orang di sekitarnya, termasuk istri Tahoni.
Kepala Tata Usaha RSUD Kefamenanu Robert Ceunfin sangat menyesalkan sikap Tahoni tersebut. Ia mengatakan, pelayanan di IGD difokuskan untuk pasien gawat darurat.
"Kalau sampai seorang anggota Dewan yang melanggar aturan dan membuat kericuhan di rumah sakit, saya anggap dia itu tidak bermoral dan beretika," katanya.
Robert meminta kepada Tahoni untuk segera datang dan meminta maaf. Ia khawatir sikap arogan Tahoni membuat dokter-dokter di RS tersebut menjadi trauma. Untuk itu, RSUD Kefamenanu akan mengeluarkan surat laporan kejadian tersebut kepada Bupati TTU dan Badan Kehormatan DPRD TTU pada Senin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.