Ditemui Kompas.com di tenda pengungsian, Jumat (26/7/2013) siang, Murni menceritakan, saat berlari menyelamatkan diri, dia langsung teringat pada Yakop, burung kakatua peliharaannya.
“Saya lari hanya dengan pakian di badan. Namun beruntung saya masih bisa menyelamatkan Yakop,” katanya sambil mengusap kepala Yakop.
Murni mengatakan, sehari sebelum Wai Ela jebol, dia sempat berkomunikasi dengan salah satu anaknya di Maluku Utara. Anaknya berpesan jika sesuatu terjadi, dia diminta menyelamatkan Yakop. “Anak saya berpesan kepada saya seperti itu.”ujarnya.
Menurut Murni, Yakop sudah dipeliharanya sejak tujuh tahun lalu, Yakop sendiri sangat fasih memanggil namanya dan nama semua anggota keluarganya. Bagi dia, Yakop sudah seperti anak sendiri. Oleh karena itu, dia tidak melupakan Yakop ketika harus mengungsi.
“Burung ini sangat pintar memanggil nama saya, nama suami saya dan juga anak – anak saya. Sudah tujuh tahun dia (Yakop) bersama kita makanya kita sekeluarga sangat menyayanginya,” ungkapnya lagi.
Dia mengungkapkan, saat peristiwa nahas tersebut terjadi suaminya saat itu sudah keluar rumah lebih awal, keduanya baru bertemu setelah suaminya datang menjemputnya dengan sepeda motor di pinggir jalan.
Murni mengaku, keberadaan Yakop menjadi hiburan tersendiri setelah bencana tersebut. ”Siapa bilang saya tidak sedih, saya sangat sedih atas peristiwa ini, tapi beruntung Yakop bisa mebuat saya sedikit bahagia,” kata Murni.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.