"Kita memang harus mengikuti perubahan yang terjadi. Kalau membaca aktivitas Merapi dengan monoton, ya, tidak akan maksimal," kata Sri Sumarti, Rabu (24/07/2013).
Ia menuturkan, setiap data Merapi yang terekam dan masuk ke Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) selalu berubah-ubah. Hasil setiap evaluasinya pun selalu berbeda-beda juga.
"Erupsi Merapi 2006 dengan 2010 berbeda, apalagi pasca (erupsi) 2010 tentu tidak sama. Pengamatan tentu harus mengikuti perkembangan itu," tandasnya.
Terkait dengan status Gunung Merapi, pihaknya menegaskan bahwa itu masih dalam level normal. Hal itu didasarkan pada data yang terekam, tidak menunjukkan adanya kenaikan aktivitas.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, pada Senin (22/07/2013) sekitar pukul 04.22, gunung Merapi mengeluarkan embusan setinggi 1.000 meter dengan durasi 34 menit. Akibatnya, beberapa wilayah di Kabupaten Sleman, Klaten, dan Magelang mengalami hujan abu. Sebagian warga lereng Merapi memilih mengungsi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.