Cukup jauh jarak yang harus ditempuh Arif dan empat temannya untuk sampai ke sekolah, sekitar tiga kilometer dari rumahnya di Desa Jragung, Kecamatan Karangawen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Karena itu, dia harus sepagi mungkin berangkat ke sekolah supaya mendapat bangku terdepan di kelas.
Selain jauh, mereka juga harus menyeberangi Sungai Jragung, yang lebarnya sekitar 20 meter. Pagi tadi, sungai itu tengah surut. Tidak ada jembatan untuk melintasi sungai itu.
"Kalau lagi banjir harus digendong takut terbawa arus" katanya sambil memegang erat sepatunya.
Kendala akan muncul saat terjadi banjir. Mereka sering terlambat ke sekolah karena harus mengambil jalan memutar, yang jaraknya lebih dari 10 kilometer.
Tidak adanya jembatan menyebabkan sejumlah anak-anak terpaksa harus menyeberangi sungai dan berangkat lebih pagi agar tidak terlambat ke sekolah.
Tidak adanya jembatan juga merepotkan warga ketika membawa hasil panen untuk dijual ke pasar. Selama ini, mereka mengangkut hasil pertanian dengan kendaraan roda dua saat sungai surut. Pada saat banjir, mereka terpaksa mengusung motornya untuk sampai ke sebeberang.
Jumari, seorang warga setempat, mengungkapkan, hingga saat ini, belum ada tanda-tanda jembatan akan dibangun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.