Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tim Bosscha Belum Berhasil Melihat Bulan

Kompas.com - 08/07/2013, 18:21 WIB

KUPANG, KOMPAS.com
— Tim Observatorium Bosscha dari ITB Bandung belum berhasil melihat bulan (hilal) hingga pukul 17.00 Wita saat melakukan rukyat di Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, Senin (8/7/2013) petang.

"Meskipun hilal belum terlihat di Kupang, daerah lain di Indonesia yang sudah berhasil melihat hilal maka awal Ramadhan tetap dilaksanakan pada Selasa (9/7/2013)," kata Kepala Urusan Syariah Kanwil Kemenag NTT Ening Murtiningsih di Sulamu, Senin.

Ia menambahkan, untuk memastikan awal Ramadhan 1434 Hijriah berlangsung Selasa atau Rabu akan diputuskan pada Senin (8/7/2013) malam ini dalam rapat isbat di Jakarta.

Ia mengatakan, rapat penentuan akan merujuk pada rukyat hilal yang dilakukan di sembilan titik  di Indonesia, salah satu di antaranya di Kecamatan Sulamu, Kabupaten Kupang.

Murtiningsih menjelaskan, apabila dalam rapat tersebut semua tim yang melakukan rukyat tidak berhasil melihat hilal dengan teropong maka perkiraan awal Ramadhan akan jatuh pada 10 Juli 2013.

Ia menambahkan, jika salah satu di antara sembilan titik tersebut berhasil melihat hilal maka awal Ramadhan tetap dimulai Selasa, 9 Juli 2013.
   
Murtiningsih mengatakan, hasil hitungan yang diperoleh tenggelam Matahari pada 5 derajat 42 menit 5 detik dengan tinggi hilal 3 derajat 13 menit pada azimuth Matahari 264 derajat 23 menit 5 detik.

Ketua Tim Observatorium Bosscha dari ITB Bandung Dr Mahasena Putra, seusai melakukan observasi, mengatakan, ada dua rukyat hilal yang menggunakan teknologi informasi, tetapi mereka juga belum melihat hilal.

Tim Observatorium Bosscha ITB Bandung yang melakukan observasi untuk rukyat hilal di Sulamu mengalami kesulitan melaksanakan penelitian karena terhambat cuaca yang kurang bersahabat berupa awal tebal yang mengganggu peneropongan.

Menurut Mahesena pada pukul 17.39 Wita, hilal awalnya terletak pada ketinggian 5 derajat 42 menit dan bergerak lagi pada pukul 17.45 Wita dengan ketinggian jarak hilal dan matahari semakin dekat pada 4 derajat 23 menit, sedangkan pada pukul 17.50 hilal berada pada posisi 3 derajat 13 menit.

"Pada posisi terakhir 3 derajat 13 menit, 5 detik, hilal sulit diobservasi dengan teropong karena awan semakin tebal, hingga hilal berada di balik gunung pada pukul 17.07 semakin sulit untuk melihatnya," ujarnya.

Ia menambahkan, kondisi cuaca buruk tersebut juga dialami oleh tim Bosscha yang melakukan rukyatul hilal di Ternate, Surabaya, Semarang, dan Bandung.

"Saya baru melakukan komunikasi langsung dengan teman-teman saya yang sedang melakukan observasi rukyat hilal di wilayah-wilayah tersebut dan mengalami hal serupa," katanya.

Mahesena berharap tim di Makassar dan Aceh yang sedikit cerah cuacanya dapat melihat hilal sehingga memberi kepastian kepada muslimin dan muslimat yang sedang bersiap-siap menyambut datangnya Ramadhan 1434 Hijriah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com