Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Operasi Pasar Elpiji 3 Kg Berakhir

Kompas.com - 24/05/2013, 18:55 WIB
Adi Sucipto

Penulis

BANJARMASIN, KOMPAS.com - Melambungnya harga elpiji tiga kilogram hingga menembus Rp 25.000 per tabung, memberatkan warga di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Namun operasi pasar elpiji tiga kilogram berakhir Jumat (24/5/2013).

Operasi pasar yang digelar di 52 kelurahan sejak Selasa (21/5/2013) hingga Jumat (24/5/2013), pun diserbu warga. Mereka tidak menyia-nyiakan kesempatan membeli elpiji sesuai harga eceran tertinggi (HET) Rp 15.500.

Setiap keluarga dibatasi membeli paling banyak dua tabung. Setiap kelurahan mendapat jatah 560 tabung.

Operasi pasar ada yang dilaksanakan di halaman masjid seperti di Telawang,  di halaman puskesmas seperti di Teluktiram Kecamatan Banjar Barat. "Kami alihkan di halaman masjid, karena khawatir antrean warga menyebabkan kemacetan," kata Jahri, Sekretaris Kelurahan Telawang.     

Warga Teluktiram, Mastianah, senang dengan digelar operasi pasar. Sebelumnya dia dipusingkan dengan harga elpiji tembus Rp 25.000 per tabung. Kalau bisa paling mahal Rp 16.000," katanya.

Ia menyebut harga elpiji di pangkalan sampai Rp 20.000 itu pun kosong. Mastianah berharap, agar elpiji stabil dengan harga Rp 15.500 atau paling mahal Rp 16.000 per tabung isi tiga kilogram. Ia beralih ke elpiji, karena harga minyak tanah jauh lebih mahal, Rp 10.000 per liter.

"Minyak tanah seliter dua hari sudah habis. Lebih irit elpiji," tuturnya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kalimantan Selatan, Farida Wariansi, menuturkan, kelangkaan elpiji di Kalimantan Selatan karena pasokan tersendat. Selain itu ada rembesan penjualan elpiji bersubsidi, ke kabupaten/kota yang belum masuk program konversi minyak tanah ke elpiji.

Farida menyebutkan, baru empat kabupaten/kota yang sudah masuk program konversi yakni Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar dan Balangan. Sementara Kabupaten Barito Kuala, Tapin, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, Tanah Laut, Tanahbumbu, Kotabaru, dan Tabalong belum masuk program konversi.

"Operasi pasar itu dimaksudkan agar tidak memicu kenaikan harga-harga lainnya dan membebani masyarakat," katanya.

Ke depan, Pertamina maupun distributor diminta lebih ketat mengawasi peredaran elpiji agar benar-benar sampai ke masyarakat. Pedagang eceran yang ketahuan menjual di luar area konbersi bisa diberi sanki dihentikan pasokannya. "Kami akan terus pantau harga elpiji sampai betul-betul normal," kata Farida.

Ia berharap, Pertamina menetapkan wilayah yang belum konversi masuk program konversi minyak tanah ke elpiji.

Menurut Farida, tidak sedikit elpiji tiga kilogram bersubsidi dijual di wilayah yang belum masuk program seperti Barito Kuala dan Tanah Laut. Penetapan wilayah konversi itu juga harus disertai sosialisasi dan edukasi. "Jangan sampai masyarakat tidak salah menggunakan elpiji yang berakibat membahayakan seperti meledak," ujar Farida.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com