Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rotan, Santapan Pokok Suku Polahi

Kompas.com - 13/05/2013, 08:18 WIB
Kontributor Manado, Ronny Adolof Buol

Penulis

GORONTALO, KOMPAS.com — Sekelompok manusia hingga sekarang masih hidup di daerah pedalaman hutan Gunung Boliyohuto, Gorontalo. Orang Gorontalo menyebut mereka sebagai Polahi, yang dalam bahasa Gorontalo berarti pelarian.

"Dulunya mereka ini seperti orang Gorontalo pada umumnya. Namun, pada waktu penjajahan Belanda, mereka lari ke hutan dan memilih tinggal di hutan," ujar juru foto asal Gorontalo, Rosyid Azhar, yang meminati kehidupan Polahi, minggu lalu.

Sejak pelarian tersebut, Polahi turun-temurun terus hidup di hutan dan tidak mau kembali ke kampung walau Indonesia sudah puluhan tahun merdeka. "Dulu jika bertemu dengan manusia lainnya di hutan, mereka anggap juga sebagai penjajah, jadi mereka hindari dan tidak mau berinteraksi," tambah Rosyid.

Pandangan menghindari bertemu dengan manusia lain itu membuat hidup Polahi menjadi nomaden. Mereka tidak punya tempat tinggal tetap dan hidup bergantung pada alam. Lantaran sudah menyatu dengan kehidupan di pedalaman, Polahi menjadi asosial dan memelihara beberapa kebiasaan yang tidak lazim bagi masyarakat umum.

"Kami dilarang untuk meninggalkan hutan karena hutan memberi kami makan dan tempat tinggal," ujar Mama Tanio, salah satu perempuan tertua dalam keluarga Polahi, yang ditemui Kompas.com di Hutan Humohulo, Kecamatan Paguyaman, Kabupaten Boalemo.

Menurut Mama Tanio, mereka tidak khawatir sedikit pun dengan makanan sebab di hutan tersedia cukup makanan yang bisa disantap. Salah satu makanan pokok mereka adalah rotan. "Kami mengambil rotan yang masih muda, membersihkannya dari duri-duri yang ada, lalu menjadikan rotan ini sebagai makanan," jelas Mama Tanio sambil menunjukkan cara memilih rotan yang bisa dijadikan makanan tersebut.

Rotan muda yang diambil tersebut bisa dimakan langsung setelah kulit luarnya dikupas, atau bisa pula direbus terlebih dahulu. "Rasanya enak," kata Mama Tanio sambil memakan rotan muda yang baru saja diambilnya.

Selain rotan, Polahi juga memakan buah-buahan yang ditemui mereka. Salah satunya adalah limu huta, sejenis jeruk hutan yang berukuran raksasa, mirip jeruk bali. Tetapi, justru kulit limu huta yang terasa manis.

Atimenga, buah pohon hutan yang berwarna merah, juga menjadi santapan kesukaan Polahi. Buah yang berukuran cukup besar ini dimakan bijinya. Sementara untuk memenuhi kebutuhan protein, Polahi biasanya berburu binatang yang ada di hutan. Semua makanan mereka santap.

Walau Polahi yang berada di hutan Humohulo sudah bisa makan nasi, tetapi makanan yang diberikan oleh hutan masih menjadi makanan utama mereka. "Pemerintah daerah secara berkala memberi mereka bantuan bahan makanan, tetapi banyak di antaranya yang mereka tolak karena mereka tidak biasa memakannya. Kalau beras mereka ambil, lain dari itu mereka tidak mau," ujar Kepala Dusun Pilomohuta, Desa Bina Jaya, Udin Mole, yang selalu mengantar bantuan kepada mereka.

Bagi Polahi, garam merupakan salah satu kebutuhan yang paling mereka cari. Oleh karena itu, setiap turun ke kampung, Polahi selalu membawa pulang garam. Begitu pula jika ada yang mau berkunjung, mereka biasanya meminta garam.

Dengan mengonsumsi makanan yang disediakan oleh alam, Polahi yang merupakan salah satu suku yang masih termarginalkan di Indonesia ini tetap bertahan hidup. Bagi mereka, alam dan hutan adalah pemberi hidup.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com