Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beli Rp 7 Miliar, Kapal Keruk Teronggok Jadi Besi Tua

Kompas.com - 02/04/2013, 14:53 WIB
Kontributor Bireuen, Desi Safnita Saifan

Penulis

BIREUEN, KOMPAS.com - Berharga milyaran, kini Kapal Keruk (KK) 'Kuala Jeumpa I' milik Pemerintah Kabupaten Bireuen, teronggok begitu saja di dermaga Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Peudada.

Informasi dihimpun Kompas.com, kapal keruk yang dibeli seharga Rp7 milyar itu baru satu kali beroperasi sejak dibeli lebih kurang dua tahun silam. Kala itu kapal mengeruk Kuala Pante Rheng Kecamatan Samalanga.

Selanjutnya karena dinilai kurang berfungsi pengerjaan dihentikan dan kapal keruk ini disandarkan di PPI Peudada hingga sekarang ini. Bagian depan dan belakang kapal terpaksa ditopang batang kelapa, sedang sebagian lambung kapal sudah berkarat.

Begitupun, tak tampak lagi ke mana alat berat untuk mengeruk pasir. Nelayan di kawasan Peudada mengaku kapal itu dibutuhkan untuk kelancaran kegiatan mereka melaut, namun dengan kondisinya sekarang dikhawatirkan kapal ini terancam menjadi besi tua.

"Kuala di sini semakin dangkal, untuk melaut kami terpaksa menunggu ombak besar. Padahal jika difungsikan kapal ini bisa mengeruk kuala," ungkap Hasbi, seorang nelayan di Peudada.

Ia menambahkan, selama hampir tiga tahun teronggok di dermaga PPI, tak ada tinjauan ataupun perbaikan yang coba dilakukan pemkab, disayangkan jika terus-menerus dibiarkan maka kerusakan semakin parah.

Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Bireuen, M Jafar, mengakui bahwa kapal keruk tersebut milik Pemkab Bireuen, namun selama ini dikelola oleh Perusahaan Daerah Pembangunan (PDP) Bireuen. "Karena saat ini tengah pergantian pengurus PDP lama ke yang baru, fokus untuk pengelola kapal keruk belum bias dilakukan," kata M. Jafar, Selasa (2/4/2013).

Begitupun, ia mengaku pihaknya sudah mengusulkan kepada Pemerintah Aceh untuk mengubah sistem atau pola kerja kapal keruk tersebut. Di mana sebelumnya kapal keruk itu menggunakan alat berat atau beko tetapi kurang efektif. "Karena agak lamban dan memakan waktu lama, ke depan kita minta agar dapat diganti dengan mesin sedot," tandas M Jafar. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com