Dipecat Demokrat, Ketua DPRD Surabaya Pimpin Hanura

SURABAYA, KOMPAS.com — Musyarawah Cabang Luar Biasa (Muscablub) Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Hanura secara aklamasi memilih Wishnu Wardhana sebagai Ketua DPC dan Agus Santoso sebagai Sekretaris DPC Surabaya Partai Hanura, Kamis (21/3/2013).

Sebelumnya, perwakilan lima daerah pemilihan (dapil) meminta mantan Ketua DPC Surabaya Partai Demokrat itu memimpin Partai Hanura di Kota Surabaya.

"Dengan hasil usulan dari perwakilan lima dapil tersebut, Muscablub DPC Kota Surabaya memutuskan Pak Wishnu Wardhana sebagai Ketua DPC dan Pak Agus Santoso sebagai Sekretaris DPC Partai Hanura Kota Surabaya," kata Jatmiko, pimpinan Muscablub DPC Partai Hanura, Kamis (21/32013).

Keputusan tersebut, ungkap Jatmiko, akan dikirim ke DPP Partai Hanura secepatnya untuk memburu waktu menjelang pemilihan legislatif 2014. "Dengan Pak Wishnu sebagai Ketua DPC, kami harapkan dalam pileg mendatang Hanura bisa meraih kemenangan," tutur Jatmiko.

Sebelum bergabung dengan Hanura, Wishnu Wardhana merupakan anggota Partai Demokrat, bahkan sempat menjadi Ketua DPC Surabaya. Namun, pada 8 Februari lalu, Wishnu, yang juga Ketua DPRD Surabaya, resmi dipecat dari Demokrat. Wishnu dipecat karena terbukti terlibat dalam upaya pemakzulan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dan dinilai sering melanggar AD/ART partai.

Demikian juga dengan Agus Santoso. Ketua Badan Kehormatan DPRD Surabaya itu juga menjadi anggota Fraksi Demokrat, tetapi dia dipecat dari Demokrat bersamaan dengan Wishnu.

Optimis menang

Setelah terpilih untuk memimpin Partai Hanura di Surabaya, Wishnu menyatakan optimismenya bahwa partai tersebut bakal memenangi pemilihan legislatif 2014 mendatang.

Wishnu menyatakan telah menyiapkan strategi untuk memenangkan Partai Hanura di Surabaya. "Kami yakin dengan strategi yang akan dilaksanakan tersebut akan bisa mendongkrak perolehan suara Partai Hanura," ucap Wishnu Wardhana.

Wishnu yakin, dengan strategi itu, Hanura bisa mendulang 20 kursi di DPRD Surabaya dan minimal bisa membentuk satu fraksi. (Achmad Amru)