Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti: Modifikasi Cuaca di DIY Kurang Efektif

Kompas.com - 11/03/2013, 18:18 WIB
Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com -- Modifikasi cuaca untuk mengantisipasi bencana puting beliung pada musim pancaroba yang dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dirasa kurang efektif dan akan berimbas pada kekeringan tanah. Diharapkan rencana tersebut jangan dilakukan di musim pancaroba.

Peneliti dari Pusat Studi Bencana Universitas Gajah Mada (UGM), Sunarto mengatakan, rencana modifikasi cuaca guna mengantisipasi terjadinya puting beliung dengan cara memecah awan Cumulonimbus memang cukup bagus. Namun jangan dilakukan di musim pancaroba.

"Efeknya jelas akan mengurangi suplai air hujan ke tanah dan bisa menyebabkan kekeringan, jadi sebisa mungkin jangan dilakukan di musim pancararoba," terangnya, Senin (11/03).

Jika memang harus dilakukan, Ia berharap penembakan garam ke awan dilakukan dengan cermat. Pemecahan awan cukup dilakukan di awan yang berpotensi menimbulkan puting beliung saja, dan jangan sampai salah sasaran sehingga awan hujan tetap masih ada.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berencana melakukan rekayasa cuaca untuk menanggulangi bencana puting beliung. Hal itu dirasa diperlukan karena bencana tersebut dapat menyebabkan kerugian yang besar.

Rencananya modifikasi cuaca untuk mengantisipasi angin puting beliung akan dimulai pada bulan Maret dan April 2013. Modifikasi akan dilakukan di beberapa wilayah yang memiliki potensi sangat tinggi seperti, Kabupaten Sleman, Bantul dan Gunungkidul.

"Apalagi Gunungkidul, akan semakin kekurangan air tanah jika modifikasi cuaca dengan cara pemecahan awan tidak tepat sasaran," ungkap Sunarto.

Sementara itu di tempat berbeda, Prakirawan Cuaca dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, Subandi mengatakan, awan Cumulonimbus akan lebih banyak muncul dari arah selatan. Gumpalannya akan besar dengan diameter lebih dari 10 kilometer dan tinggi di atas 10 kilometer.

"Awan yang muncul pada musim pancaroba ini juga disebabkan karena pemanasan permukaan (bumi) tidak merata dan atmosfernya yang tidak stabil," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com