Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tolak Denda Registrasi, Mahasiswa Unimor Segel Kampus

Kompas.com - 19/02/2013, 14:51 WIB
Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KEFAMENANU, KOMPAS.com -- Ratusan mahasiswa Universitas Timor (Unimor) Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur, yang tergabung dalam Forum Mahasiwa Anti Penindasan, menyegel kampus mereka sendiri. Aksi penyegelan itu sebagai bentuk protes atas kebijakan denda terhadap mahasiswa yang terlambat membayar registrasi ulang. Denda tersebut sebesar Rp 100.000.

"Kebijakan dari PR I, Keuangan dan BABSI yakni, bagi mahasiswa yang terlambat registrasi harus membayar denda sebesar Rp 100.000. Anehnya surat kebijakan dari PR I itu tidak melalui keputusan bersama, tetapi atas kebijakannya sendiri, karena kemarin semua pimpinan tinggi di universitas tidak berada di kampus alias keluar," beber Raymundus Aluman, koordinator aksi, kepada Kompas.com, Selasa (19/2/2013) di sela-sela aksi penyegelan.

Setelah ditanyakan alasan denda uang Rp 100.000 itu, lanjut Raymundus, jawaban dari pihak rektorat adalah sebagai uang motivasi. Dia merasa heran uang motivasi harus sampai Rp 100.000.

"Kalau mau motivasi, panggil mahasiwa yang terlambat lalu dibina supaya jangan terlambat lagi," jelas Raymundus.

Selain protes terhadap denda, para mahasiswa juga tidak puas terhadap kebijakan Pembantu Rektor (PR) I dan bagian Keuangan Kampus yang tidak memperpanjang lagi waktu registrasi. Padahal, kata Raymundus, Rektor Unimor kemarin menyatakan bahwa batas akhir registrasi diperpanjang hingga 21 Februari 2013.

Raymundus melanjutkan, mahasiswa juga menanyakan kelanjutan kursus komputer dengan biaya Rp 300.000, dan itu dimulai sejak tahun 2008 lalu. Sebab, sampai saat ini ribuan mahasiswa belum dilayani kursus komputer. Parahnya, semua komputer sudah tidak berfungsi lagi.

"Untuk pembayaran kursus komputer Rp 300.000 dikalikan dengan dengan 5.000 mahasiswa di sini, jumlahnya sudah berapa? Hal itu jelas bahwa telah terjadi korupsi," tandasnya.

Persoalan lainnya, lanjut Raymundus, tentang koperasi untuk mahasiswa, namun kenyataannya saat giliran mahasiswa mau pinjam uang, koperasinya tidak ada pengelola. Lalu masalah perpustakaan kampus dianggap pendemo juga tidak jelas. Setiap semester, mahasiswa sudah membayar Rp 76.000, tetapi sampai saat ini buku-buku di perpustakaan tidak ada penambahan, malah makin berkurang.

Karena itu, Raymundus berharap, Unimor harus berbenah diri dan melakukan perubahan sistem yang terkesan membebani mahasiswa agar ke depannya kampus ini tidak mendapat stigma yang buruk oleh publik.

"Ini tentunya berdampak pada output yang dihasilkan. Masyarakat tidak percaya lagi menggunakan produk-produk dari Unimor, dan jangan heran kalau nanti adik-adik yang baru selesai SMA tidak lagi kuliah di Unimor," jelas Raymundus.

Pantauan Kompas.com, aksi penyegelan itu berlangsung tanpa dihalangi oleh pegawai rektorat maupun pihak keamanan kampus, sehingga mahasiswa dengan leluasa menggunakan kayu dan papan, lalu dipakukan di pintu bagian depan dan belakang gedung rektorat.

Puluhan aparat polisi dari Polres TTU yang datang setengah jam setelah aksi, hanya menonton saja aksi penyegelan. Sementara para petinggi kampus tidak ada satu pun yang berada di tempat.

Rektor Unimor, Dr Sirilus Seran MS ketika dihubungi melalui telepon selulernya sedang tidak aktif. Pesan singkat yang dikirim, sampai berita ini ditulis belum juga dibalas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com