Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kecewa Kebijakan Rektor, Mahasiswa Boikot Kampus

Kompas.com - 10/01/2013, 13:00 WIB
Kontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty

Penulis

AMBON, KOMPAS.com — Ratusan mahasiswa Kampus B, Universitas Darusalam (Unidar), Ambon, memboikot kampus mereka yang berlokasi di kawasan Wara, Air Kuning, Ambon, Kamis (10/1/2013). Aksi pemboikotan dilakukan ratusan mahasiswa dengan cara memasang tanda larangan masuk di depan pintu gerbang kampus.

Mahasiswa marah karena menilai kebijakan Rektor Unidar Ibrahim Ohorela arogan dan selalu merugikan kepentingan mahasiswa. Mahasiswa juga mencoret-coret dinding dengan cat semprot yang bertuliskan "kampus ini disegel", "rektor harus pengecut", dan lain sebagainya.

Dalam aksinya, mahasiswa menuntut Rektor lebih transparan dalam menjalankan kebijakannya dan lebih memberikan ruang kepada mahasiswa dalam menyampaikan setiap aspirasi. "Kebijakan Rektor selama ini sangat merugikan kami di Kampus B, pembayaran SPP dialihkan dari bank ke Kampus A di Tulehu, tidak ada fasilitas perpustakaan bagi kami, tidak ada laboratorium, dan Rektor berencana menaikkan SPP, ini tidak benar," teriak salah seorang orator, Zulfikar Marasabessy.

Dalam orasinya, mahasiswa juga mempertanyakan pengelolaan anggaran sebesar Rp 7 miliar yang diduga telah diselewengkan rektor saat ini. Mahasiswa juga meminta pihak rektorat segera menghentikan pungutan-pungutan liar yang selama ini terjadi atas mahasiswa. "Kita tahu bersama bahwa ada anggaran Rp 7 miliar yang ditinggalkan rektor lama kepada universitas, lalu mengapa saat ini Rektor mengatakan Unidar kehabisan anggaran. Kami juga mengutuk adanya praktik pungli di kampus ini," kecam mahasiswa lainnya.

Ibrahim Ohorela yang dihubungi wartawan membantah telah menyelewengkan anggaran universitas. Ia juga mengungkapkan telah mengundang semua mahasiswa untuk menjelaskan semua persoalan yang terjadi. "Saya sudah mengundang mereka untuk berdialog. Kalau soal skors kepada mahasiswa, itu tanggung jawab masing-masing dekan. Yang pasti, aksi ini sudah berdampak destruktif sehingga otak yang menggerakkan aksi ini akan kita proses selanjutnya, hingga tingkat pemecatan," ucapnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com