Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terlampau Girang Bisa Sebabkan Aji Pingsan

Kompas.com - 14/09/2012, 15:17 WIB
Didit Putra Erlangga Rahardjo

Penulis

BANDUNG, KOMPAS - Aji Wijaya, bocah delapan tahun asal Kabupaten Karawang, Jawa Barat, lahir dengan kelainan jantung yang menyebabkannya sering pingsan. Apa pun yang membuatnya bersemangat, baik terlalu riang, terlalu gembira, terlalu capek, hingga sedih bisa membuatnya lemas dan bahkan pingsan.

Dia ditemui di Poli Anak RS Hasan Sadikin, tengah menunggu antrean berobat ke dokter penyakit jantung, Jumat (14/9/2012). Minggu ini sudah tiga kali kunjungannya ke RSHS dengan bolak balik Karawang-Bandung, mulai dari periksa, pemeriksaan, hingga kembali kontrol ke dokter.

Dia adalah anak kelima dari tujuh bersaudara dengan Jubaedah, ibu yang harus mengasuh mereka sendirian karena sang ayah sudah meninggal.

Jubaedah yang menyaksikan anaknya sibuk bermain di ruang tunggu poli anak berkisah bahwa kelainan jantung yang diderita Aji membuatnya harus waspada. Terlampau semangat bisa membuatnya terduduk lemas atau hingga pingsan dengan mata melotot dan badan kejang. Padahal, dia kerap bermain di luar rumah meski harus dibatasi agar tidak gampang capek.

"Sering dia memaksakan diri membantu membelikan barang ke warung dekat rumah. Kadang kembali dan kadang harus disusul karena dia keburu duduk lemas di pinggir jalan karena kecapekan," ujar Jubaedah.

Meski sudah berusia 8 tahun, pendidikan Aji hanya sampai taman kanak-kanak akibat dia tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah. Karena sering lemas atau bahkan pingsan, Aji akhirnya tidak bisa bersekolah padahal adiknya yang berusia tujuh tahun sudah bersekolah kelas 2 SD.

Namun, kelainan medis yang dialami Aji bukan itu saja. Ternyata sejak lahir dia tidak memiliki anus sehingga harus dioperasi dan kotorannya keluar dari lubang yang ada di perut bagian kiri.

Menurut pengamatan, Aji sepintas seperti bocah kebanyakan yang riang gembira bermain.

Jubaedah mengaku habis Rp 200.000 setiap kali datang berobat ke Bandung, kebanyakan untuk ongkos perjalanan maupun kebutuhan selama di rumah sakit. Dia beruntung karena masih disokong Jamkesda sehingga pengobatan anaknya tidak harus ditanggung.

Hanya saja, dia mengaku khawatir sewaktu dokter berkata bahwa operasi jantung Aji tidak bisa ditanggung oleh Jamkesda, begitu pula dengan operasi anus. Sang dokter hanya memberikan perkiraan biaya di atas Rp 100 juta, sementara operasi anus bisa mencapai Rp 35 juta.

"Saya tidak tahu harus mendapatkan uang dari mana. Selama ini anak tertua yang menjadi tulang punggung keluarga," ujar Jubaedah yang mulai menangis.

Meski tidak tahu bakal mendapatkan pembiayaan dari mana, Jubaedah tetap memeriksakan anaknya. Dia ingin mengusahakan yang terbaik bagi kesembuhan anaknya. Dia berharap agar ada dermawan yang bisa membantunya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com