Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gara-gara Krisis Eropa, Harga Pala Jatuh

Kompas.com - 27/06/2012, 13:01 WIB
Antonius Ponco A.,
Prasetyo Eko P

Tim Redaksi

BANDA, KOMPAS.com- Krisis keuangan di Eropa ternyata ikut mempengaruhi pasaran buah pala di Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku. Sejumlah petani di Negeri Lonthoir, di Pulau Banda Besar, salah satu sentra penghasil pala, mengatakan, sejak berita krisis di Eropa, harga pala jatuh.

"Sekilo biji pala kering dulu sampai sampai Rp 130.000, tetapi sejak adanya berita krisis Eropa kini hanya Rp 80.000 per kilo. Sedangkan puli (bunga pala) sebelum krisis Eropa Rp 250.000, kini hanya Rp 125.000," kata Ramdani Makatita (35), Raja Negeri Lonthoir, Rabu (27/6/2012).

Menurut Ramdani, harga pala sangat bergantung dengan pasaran di Eropa karena buah itu memang diekspor ke kawasan Eropa. "Kita jual ke pengepul, mereka bawa ke surabaya, kemudian mereka ekspor ke Eropa," ujar Ramdani.

Dijelaskannya, semua penduduk Lonthoir yang berjumlah sekitar 2.000 jiwa mengandalkan perkebunan pala sebagai mata pencaharian sehari-hari. "Rata-rata setiap orang punya pohon pala. Ada juga yang bagi hasil dengan perkebunan yang dikelola Perusahaan Daerah Banda Permai. Baginya 50-50," tutur Ramdani yang mengaku punya tiga kebun dengan 200 pohon.

Pohon pala, sudah berbuah mulai usia 5-6 tahun. Namun hasilnya masih sedikit. Di Banda banyak pohon pala yang berusia puluhan hingga ratusan tahun. "Kalau pohon yang sudah hasilkan buah, satu pohon bisa hasilkan biji 1-5 kilogram. Setiap 6 kilo biji, pulinya sekitar 1 kilogram," jelas Ramdani.

Pala dipanen tiga kali dalam setahun. Namun panen besar hanya dua kali. Biji atau bunga pala, menurut Ramdani, diolah menjadi kosmetik atau pengawet di Eropa. Di Indonesia atau di Banda tidak ada pabrik pengolahan seperti itu.

"Kalau di sini paling warga mengolah buat selai, manisan, atau jus buah pala," ujarnya.

Ali Ramlan (72), warga Lonthoir lainnya, mengatakan, dari hasil pala itu warga hidup sehari-hari. Selain itu, juga untuk membiayai sekolah dan kuliah anak-anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com