Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendesak, Pusat Penyelamatan Satwa Liar

Kompas.com - 04/05/2012, 17:03 WIB
Adhitya Ramadhan

Penulis

BENGKULU, KOMPAS.com - Tingginya konflik satwa liar dengan masyarakat dan kasus perburuan liar, membuat Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu membutuhkan pusat penyelamatan satwa liar. Konflik dan perburuan kerap menimbulkan korban satwa yang terluka.

Kepala BKSDA Bengkulu Amon Zamora, Jumat (4/5/2012), menuturkan, kebutuhan lahan untuk penyelamatan satwa ini belum bisa dipenuhi oleh pemerintah pusat.

"Pemerintah kan tidak boleh membeli tanah, kecuali ada yang menghibahkannya. Lokasi penyelamatan ini juga tidak boleh berada di dalam kawasan hutan," tuturnya.

Amon menegaskan, pusat penyelamatan satwa ini sangat mendesak, mengingat tingginya konflik manusia dengan satwa liar dan perburuan satwa liar di Bengkulu. Contohnya, dua kasus konflik antara satwa liar dengan manusia di tahun 2011, yang merenggut korban jiwa terjadi di dalam hutan lindung. Kemudian jerat pemburu juga sudah dipasang di dalam kawasan hutan.

Menurut Amon, luas pusat penyelamatan satwa liar yang diperlukan setidaknya lima hektar. Tempat ini nantinya akan berfungsi menampung satwa liar korban konflik dengan masyarakat atau pemburu, sebelum kembali dilepasliarkan. Lokasi penyelamatan satwa ini nantinya akan dilengkapi juga dengan fasilitas medis.

Saat ini, ada dua satwa liar yang masih dirawat di kantor BKSDA Bengkulu, yakni seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) betina korban jerat pemburu dan seekor beruang madu jantan yang diserahkan dari warga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com