BENGKULU, KOMPAS.com- Ekspor kerajinan kulit kayu lantung dari Provinsi Bengkulu masih menghadapi hambatan terbatasnya bahan baku. Kayu lantung yang belum banyak dibudidayakan menjadi penyebabnya.
Padahal, peluang ekspor kerajinan kayu lantung ke Eropa terbuka luas. Perajin kulit kayu lantung dari Askara Art Gallery di Kota Bengkulu, Tentrem Sri Minarsih, Kamis (15/12/2011), mengatakan, selama ini bahan baku kayu lantung diperoleh dari pohon kayu lantung yang tumbuh liar. Sehingga, jumlahnya tidak cukup untuk memenuhi permintaan kerajinan kayu lantung dalam jumlah besar seperti misalnya untuk ekspor.
"Saya sendiri mendapat pasokan bahan baku dari masyarakat di Kabupaten Kaur, Bengkulu. Mereka biasanya mengirim 1.000 lembar kulit kayu lantung berukuran 110 x 90 sentimeter. Untuk kebutuhan pasar dalam negeri jumlah ini cukup. Tapi kalau untuk ekspor tidak," kata Sri yang merupakan peraih Upakarti tahun 2010 itu.
Karena itulah, Sri sempat menolak permintaan ekspor ke Timur Tengah beberapa waktu lalu. Ketika itu, ia mendapat tawaran kontrak ekspor selama sembilan bulan dengan pengiriman dua kali.
"Saya tidak sanggup karena, kan, kalau ekspor barang yang dikirim hitungannya kontainer, sementara bahan bakunya ini yang masih terbatas," ujar Sri.
Kerajian kayu lantung merupakan kerajinan khas Bengkulu. Kulit kayu yang telah dipukul-pukul, dijemur, dan direbus biasanya dibuat tas, kopiah, sandal, dan perhiasan interior lain, termasuk juga untuk kanvas lukis.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.