Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

1 Syawal An-Nadzir Jatuh 31 Agustus

Kompas.com - 31/08/2011, 15:12 WIB

MAKASSAR, KOMPAS.com - Pro kontra tentang penetapan 1 Syawal bagi umat muslim di Indonesia tak berpengaruh bagi Jamaah An-Nadzir. Bagi komunitas yang memiliki ciri khas dengan pakaian hitam-hitam dan berambut pirang, hitungan 1 Syawal jatuh tepat pada hari Rabu, 31 Agustus 2011.

Maka pada Rabu pagi (31/08/2011), ribuaan jamaah An-Nadzir melaksanakan Idul Fitri, di kawasan Mawang, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Mereka dengan khusuk menjalani rutinitas tahunan usai menjalankan ibadah puasa.

Pimpinan An-Nadzir, Ustadz Lukman A Bakti mengatakan perayaan kali ini bertepatan dengan pemerintah bukan ikut-ikutan semata. Tapi berdasarkan tanda-tanda alam dan perhitungan isbat yakni tanda bulan dan air laut. Mereka sudah mengamati pergerakan posisi bulan selama tiga hari. "Kami dapat petunjuk tanda-tanda alam berdasarkan pergantian bulan terbitnya 15 derajat naik lagi dan surut total pukul 13.00 wita. Jadi bukan ikut-ikutan pemerintah," kata Lukman.

Mereka pun memutuskan buka puasa setelah memastikan tanda-tanda alam menunjukkan 1 Syawal. Selain tanda-tanda bulan, mereka juga mengamati pasang dan surutnya air laut di dua tempat yakni Pantai Galesong Takalar dan Pantai Kolaka.

"Seandainya waktu itu pukul 7.00 wita ada tanda alamnya jelas, maka kemarin kami melaksanakan lebaran. Tapi tandanya keluar pukul 11.00, maka kami melaksanakan Shalat Idul Fitri hari ini. Sebab syarat Shalat dan Khutbah pada sepenggal matahari naik pada posisi jam 7.00 pagi," tambah Lukman.

Jamaah An-Nadzir ini memiliki ciri yang khas yakni mereka mengenakan jubah dan sorban berwarna hitam yang dipadukan dengan ikatan kepala berwarna putih dan berambut pirang. Sedangkan penduduk sekitar umumnya mengenakan baju koko dan jubah berwarna putih.

Nama An Nadzir berarti pemberi peringatan. Jamaah ini tidak mengacu pada aliran tertentu baik Sunni maupun Syiah, namun menolak dikatakan ikut aliran atau komunitas eksklusif. Seperti umat muslim lain, mereka mengaku sangat konsisten dalam menjalankan Al Quran dan Al Hadis.

Jamaah An Nadzir memiliki pengikut sekitar 5000 orang yang tersebar di wilayah Sulsel, tersebar di Makassar, Kabupaten Maros, Kota Palopo, dan Kabupaten Gowa. Karena jamaah An-Nadzir sebagian besar di Sulawesi Selatan, maka pusat kegiatan diadakan di Gowa.

Jamaah An Nadzir mengisi Ramadan dengan berbagai kegiatan, kecuali salat tarawih berjamaah. Menurut Lukman, tidak dilaksakannya salat tarawih sesuai dengan tuntunan Rasul. "Salat tarawih tidak dilaksanakan untuk menghindari jadi wajib," jelas Lukman.

Dalam penjelasannya, di zaman Nabi Muhammad memang pernah melaksanakan salat tarawih pada malam 23, 25, dan 27. Namun, setelah itu tidak dilaksanakan lagi karena khawatir nanti salat tarawih menjadi kewajiban. Maka aktifitas mereka di bulan puasa adalah meningkatkan ibadah mengaji dan shalat lainnya.

Jamaah berbuka puasa dengan patokan alam, yakni saat tenggelamnya matahari dan tidak mengacu pada jam tertentu. Mereka percaya tanda-tanda alam adalah patokan untuk menjalankan ibadah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com