Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keluarga Tersisih Itu Menuai Simpati...

Kompas.com - 20/06/2011, 12:56 WIB

POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com - Masih ingatkah Anda dengan sebuah keluarga miskin di Polewali Mandar, yang memilih hidup dalam sebuah gubug di tepian sawah, berbatasan dengan hutan dan jauh dari perkampungan?

Berkat pemberitaan di Kompas.com, gubuk tua berukuran tak lebih dari 5x4 meter milik Sahawiyah, yang terletak di kawasan hutan dan areal persawahan di Kelurahan Amassangan, Kecamatan Binuang menjadi perhatian publik, sejak dua pekan terakhir.

Kisah hidup mereka telah menggerakkan hati para pembaca dan warga untuk memberikan bantuan. Seperti yang diceritakan, tiga anak di dalam keluarga itu terancam menyusul kedua kakaknya yang putus sekolah, karena masalah biaya.

Kini, tak hanya pemerintah dan masyarakat Polewali yang bersimpati menyalurkan bantuan, sejumlah warga dari berbagai daerah di Tanah Air melalui Kompas.com turut menyalurkan bantuan kepada keluarga ini. Bantuan diserahkan pada akhir pekan lalu.

Selain bantuan dari pembaca, sejumlah ibu kelompok Majelis Taklim di Polewali pun mendatangi rumah Sahawiyah. Rombongan ini pun hanya bisa diterima di halaman rumah, karena kondisi rumah yang tak memungkinkan. "Saya bangga dan terharu mudah-mudahan sumbangan para dermawan mendapat pahala dan anak-anak saya bisa bersekolah lagi,” tutur Sahawiyah.

Kelompok Majelis Taklim itu tak hanya memberi bantuan berupa sembako, tapi juga bantuan dana agar anak-anak mereka bisa membeli seragam sekolah. Bantuan tersebut tetap disalurkan meskipun Pemerintah telah memberikan bantuan buku dan seragam gratis kepada tiga anak Sahawiyah yang sempat putus sekolah SD.

Sementara, bantuan yang diberikan warga, termasuk dana Rp 800 ribu dari pembaca Kompas.com yang diserahkan dalam kesempatan ini, rencananya akan dipakai untuk menambah biaya sekolah bagi dua anak Sahawiyah ke jenjang SMP. Kedua anak tersebut sempat tak bisa melanjutkan sekolah, juga karena masalah yang sama.

Sahawiyah menyebutkan, untuk menyiapkan 4 jenis seragam sekolah SMP seperti putih biru, pramuka, batik dan baju olahraga, diperlukan dana minimal Rp 500 ribu atau Rp 1 juta untuk dua anaknya. Profesi Sahawiyah dan suaminya sebagai petani penggarap tentu jauh dari cukup untuk menyediakan dana pendidikan tersebut.

Kepala Kelurahan Ammassangan, Alam mengungkapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang turut berempati meringankan beban hidup salah satu warganya. Alam berharap bantuan ini bisa membantu kelima anaknya untuk melanjutkan sekolah. “Mudah-mudahan bantuan tulus dari berbagai pihak ini bisa turut meringankan keluarganya dan anak-anak tetap bisa melanjutkan sekolah,” ujar Alam.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com