PALANGKARAYA, KOMPAS.com - Kasus kematian ribuan ayam secara mendadak yang terjadi di Kalimantan Tengah ditanggapi para penjual di pasar tradisional dengan keresahan. Mereka khawatir jika kematian ayam disebabkan flu burung, penjualan bakal anjlok.
Kamal (35), pedagang di Pasar Sore, Palangkaraya, Kalteng, Rabu (1/6/2011) menuturkan, wabah flu burung pernah terjadi di Kalteng dua tahun lalu. Saat itu, banyak ayam mati sehingga pasokan daging ke pasar terhenti. Akibatnya, ia terpaksa menutup kiosnya. Kalau pun daging ayam tersedia, harganya melambung.
Waktu itu, harga daging ayam yang biasanya hanya Rp 23.000 per kilogram melonjak menjadi Rp 35.000. "Saya juga sempat tak berjualan selama sebulan karena stok kosong," ujarnya.
Saat ini, harga daging ayam sekitar Rp 27.000 per kg. Kamal bisa menjual 300 kg daging ayam per hari. Ayam-ayam itu berasal dari peternakan di Palangkaraya. "Jadi, bukan dari daerah tempat ayam-ayam mati itu. Saya harap, pemerintah cepat tanggap untuk menangani kasus tersebut," tuturnya.
Raudatuljannah (27), pedagang di Pasar Baru, Palangkaraya mengungkapkan, ia khawatir jika flu burung mewabah di Kalteng karena bisa membuat jumlah pembeli menurun. "Saya bisa menjual 10 kg daging ayam per hari. Kalau flu burung terjadi, nanti tak ada pembeli yang datang. Daging ayam tak laku," katanya.
Dinas Pertanian dan Peternakan Kalteng menyebutkan, sekitar 4.000 ayam di Kalteng mati mendadak dalam sebulan terakhir.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.