BANGKALAN, KOMPAS.com — Agus Supriadi, 35, warga Perum Griya Abadi Blok AK-30, Bangkalan, Madura, Jawa Timur, calo calon pegawai negeri sipil, mengaku menyetor Rp 3 miliar kepada Joko Suprapto, pria yang dilaporkannya ke Polres Bangkalan.
Duit itu berasal dari 150 korban. Agus melaporkan Joko Suprapto yang dikenalnya sebagai pegawai Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim.
Agus saat ditemui Surya di rumah kakaknya di Dusun Senenan, Kelurahan Kemayoran, Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, mengaku diminta Joko merekrut warga yang akan mendaftarkan diri sebagai calon pegawai negeri sipil (CPNS).
”Untuk Jatim, katanya dibutuhkan sekitar 3.000 CPNS. Sejak Januari 2010, saya telah mengumpulkan 150 orang di Bangkalan yang mau daftar,” ujar Agus didampingi Fahrud, kakak Agus.
Uang yang diminta Joko dari masing-masing pendaftar ini, kata Agus, mulai dari Rp 50 juta hingga Rp 75 juta. ”Uang dari para pendaftar ini saya setorkan ke dia (Joko) tidak sekaligus. Beberapa kali saya setor uang ke dia. Seingat saya total sudah mencapai sekitar Rp 3 miliar,” ungkapnya.
Agus mengaku bertemu Joko sebelum Januari 2010. Dari cara berdandan, pakaian, dan kata-kata, Agus langsung yakin bahwa Joko memang pegawai pemprov. ”Apalagi, dia juga menunjukkan berkas-berkas formasi PNS yang dibutuhkan pada 2010 kepada saya,” tuturnya.
Agus sangat syok ketika mendengar Joko sebenarnya penipu. Apalagi, saat ini pria berpenampilan perlente itu sulit dihubungi. Agus pernah mendapat surat panggilan untuk menemui Joko pada 28 Oktober 2010 pukul 14.00 WIB di sebuah hotel di Surabaya.
Dalam surat itu diungkapkan bahwa Joko ingin mengklarifikasi soal surat panggilan (SP) yang dinyatakan palsu oleh Kepala Badan Kepegawaian Daerah Pemprov Jatim, Akmal Boedianto, sebagaimana dirilis sebuah stasiun TV.
”Setiba di tempat yang ditentukan, ternyata Joko Suprapto tidak ada di tempat. Hingga saat ini, nomor yang biasanya digunakannya juga tidak pernah aktif,” papar Agus.
Agus menyatakan, saat ini dia jarang pulang karena terus-menerus memburu keberadaan Joko. Bahkan, ia mengejar hingga ke Yogyakarta. ”Saya tidak kabur seperti yang diberitakan di media massa. Saya berusaha mencari keberadaan Joko Suprapto,” tuturnya.