Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petani Kopi Arabika Tak Disiplin

Kompas.com - 01/10/2010, 22:16 WIB

MEDAN, KOMPAS.com - Petani kopi arabika di Indonesia tak disiplin menjaga kualitas biji kopi. Akibatnya, kualitas kopi arabika Indonesia masih kalah dibanding penghasil kopi sejenis dari Amerika Latin seperti Guatemala , Kolombia dan Brasil. Padahal, bila petani disiplin dan telaten memilih biji kopi, kopi arabika asal Indonesia bisa dihargai lebih tinggi dari harga pasar internasional secara umum

Ina Murwani dari Asosiasi Kopi Spesial Indonesia di Medan, Jumat (1/10/2010) mengatakan, sebenarnya harga kopi arabika di pasar internasional terstandardisasi. "Secara umum, harga kopi arabika dari Indonesia tak berbeda dengan harga kopi arabika dari negara-negara Amerika Latin. Tetapi ada buyer (pembeli) yang memang menginginkan kualitas arabika yang lebih. Nah, yang ini kopi arabika Indonesia masih kalah," katanya.

Untuk bisa memilih kopi arabika kualitas terbaik, petani harus sangat selektif memilih biji kopi. Menurut Ina, biasanya biji kopi arabika terbaik melewati banyak tahap seleksi. Dia mencontohkan, seleksi biji kopi saja ada tiga tingkatan. Bijinya harus sama ukurannya. "Bila ada satu biji saja yang beda, atau rusak, maka semuanya dinilai kualitasnya rendah. Makanya, untuk memilih biji ini, sampai dilakukan dengan tangan manusia. Bukan lagi dengan mesin," kata Ina.

Menurut Ina, keluhan pembeli di luar negeri terhadap kopi arabika Indonesia adalah, tidak konsistennya mutu. Hari ini bisa kualitas kopinya baik, tetapi minggu depan bisa berbeda. "Proses produksi hingga pascapanen tidak dijalani dengan baik dan konsisten oleh petani kopi kita," ujarnya.

Pengetahuan lain soal teknik menyimpan biji kopi agar disimpan di tempat terpisah, dan tak boleh berada berdekatan dengan sumber bau selain kopi, juga tak diketahui petani. "Kopi ini kan punya sifat menyerap bau. Sehingga mestinya kalau sudah jadi biji, mesti disimpan terpisah dalam gudang tersendiri. Jangan sampai disimpan di dekat pestisida atau sumber bau lainnya," ujar penguji cita rasa kopi dari salah satu eksportir kopi arabika di Medan, PT Coffindo, Herry Setiawan.

Ina mengungkapkan, rata-rata petani kopi Indonesia tidak memiliki pengetahuan tentang penanganan kopi yang baik, selama budidaya hingga pascapanen. "Kalau mau kopi yang baik, petani misalnya harus memanen hanya biji merahnya saja. Tetapi tuntutan kebutuhan karena kopi dijual sesuai beratnya, kadang petani memetik buah yang belum benar-benar merah," katanya.

Selain itu, pengetahuan soal penanganan pascapanen juga yang baik, agar mutu kopi terjaga juga rata-rata tidak dimiliki petani. Pengetahuan seperti buah kopi yang sudah dipetik, tidak boleh terlalu lama disimpan, dan harus langsung dikupas jarang diketahui petani. Petani lebih sering menumpuk lebih dulu buah kopi yang dipetik, baru setelah semua buah dari kebunnya dipetik, mereka mengulitinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com