Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melarang Pernikahan Dini Diancam Celurit

Kompas.com - 14/08/2010, 08:38 WIB

KOMPAS.com - Melawan tradisi pernikahan dini di Desa atau Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember, Jawa Timur, bukan hal mudah. Pengelola SMP dan SMK Islam Bustanul Ulum, biasa disingkat IBU, di desa itu mengharuskan orangtua murid meneken surat pernyataan agar tidak menikahkan anaknya sebelum lulus kuliah.

Namun, protes keras yang berujung pada adu mulut, ancaman gugatan ke pengadilan, hingga ancaman kekerasan, sepertinya sudah biasa dihadapi Hafidi, Ketua Yayasan IBU.

Menurut dia, pernah suatu ketika ada orangtua murid yang protes sambil membawa celurit, karena dilarang menikahkan anaknya yang masih di bawah umur.

Ia tak cerita detailnya, tetapi ancaman seperti itu biasa terjadi di lingkungan masyarakat dengan kultur keras, dan kurang berpendidikan tinggi.

Namun, itu tak menyurutkan tekad Hafidi bersama puluhan guru di Yayasan IBU untuk melarang anak didik mereka mrothol karena menikah di usia dini.

Sebagai tokoh masyarakat sekaligus anggota DPRD Jember, Hafidi punya cukup kekuatan paksa untuk melicinkan komitmen baiknya.

Ia mengaku pernah menyuruh pindah seorang modin, penghulu level desa, yang ngotot menikahkan anak-anak usia dini meski sudah dicegah.

Apakah sekolah semacam ini dihindari orangtua?"Wah, sekarang malah dicari," jawab Hafidi, tertawa. Menurut dia, dua tahun terakhir, setiap pendaftaran siswa baru, sekolah dan rumah pribadi Hafidi kebanjiran orangtua yang mendadak jadi pendemo.

Bukan apa, mereka malah demo agar anak-anak mereka bisa masuk ke sekolah IBU. Bahkan sejumlah orangtua mengancam akan menduduki sekolah jika anak mereka tidak diterima di sekolah tersebut.

Rupanya, orangtua memilih sekolah IBU karena sekolah tersebut gratis, terutama bagi warga miskin. Bagi warga yang cukup mampu pun, paling banter mereka hanya cukup membayar biaya tambahan Rp 1.500 per bulan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com