Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Pakaian Impor, Penjahit Terjepit

Kompas.com - 24/06/2010, 15:40 WIB

SAMPIT, KOMPAS.com - Puluhan penjahit pasar Berdikari Sampit, kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah mengeluhkan banyaknya pakaian jadi impor yang masuk di pasaran, akibatnya dalam dua terakhir ini pesanan jahitan mereka menurun.

"Belakangan masyarakat lebih memilih membeli pakaian jadi ketimbang memesan pakaian di penjahit," kata salah seorang penjahit di komplek penjahit Pasar Berdikari Sampit, Addu, di Sampit, Kamis (24/6/2010).

Dikatakannya, sebelum pakaian jadi impor masuk di pasaran, dalam sehari mereka menerima pesanan jahitan antara tujuh hingga 10 pakaian, terutama menjelang tahun ajaran baru seperti sekarang ini.

Menurut Addu, sekarang meski telah memasuki tahun ajaran baru murid sekolah pemesan sepi, karena mereka lebih memilih membeli pakaian jadi.

Selain sepi pemesan, katanya, belakangan sejumlah bahan jahitan cenderung naik sementara ongkos jahit tidak dapat dinaikkan. Sebab dengan ongkos yang ada sekarang pesanan jahitan tetap sepi, apalagi dinaikan.

"Kami sangat mengkhawatirkan kondisi ini akan berlarut-larut dengan demikian akan menggganggu kelangsungan usaha kami," katanya.

Sekitar dua tahun terakhir ongkos jahit tidak dinaikan padahal sekarang harga bahan jahitan semuanya naik, seperti benang jahit yang dulunya 1.000 naik menjadi 1.500 rupiah, juga dengan kain yang naik bervariasi menurut jenis dan kualitas kain.

Addu mengungkapkan, seluruh bahan sudah naik mulai dari benang, kancing, reselting dan bahan jahit lainnya semuanya naik, dan penaikan bahan terjadi bervariasi.

"Kami berani menaikkan upah jahit, untuk ongkos jahit, kami masih menggunakan harga lama, yaitu berkisar antara Rp 50.000 - Rp 60.000 atau Rp 100.000 - Rp 120.000 perpasangnya," terangnya.

Sedangkan untuk pakaian wanita dikenakan ongkos antara Rp 50.000 - Rp 75.000 perpasangnya dan menyesuaikan dengan model dan tingkat kesulitannya, demikian juga dengan upah jahit jas, persetelnya dikenakan upah sebesar Rp 1.250.000, dan apabila bahan jas berasal dari pelanggan, maka akan dikenakan upah sebesar Rp 750.000 persetelnya.

Jika kondisi pesanan ramai, Addu mampu menyelesaikan 4 hingga 5 setel pakaian setiap hari, dan saat ini dia masih sedikit tertolong pesanan borongan instansi swasta maupun seragam PNS di lingkungan Pemkab Kotawaringin Timur, dan biasanya pemesan secara borongan antara 10 hingga 20 pakaian untuk dijahitkan.

Sementara belakangan sejumlah penjahit juga mulai resah dengan adanya rencana pemerintah yang akan menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) per 1 Juli 2010 mendatang sebesar 18 persen untuk pelanggan rumahan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com