KUPANG, KOMPAS.com — Operator ladang gas Montara, PTTEP Australasia, belum bisa menghentikan kebocoran minyak mentah dari Sumur West Atlas di Laut Timor yang meledak pada 20 Agustus lalu.
Laporan jaringan Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) dari Canberra, Australia, sebagai diungkapkan Ketua YPTB Ferdi Tanoni kepada pers di Kupang, Jumat, perusahaan minyak asal Thailand itu dalam beberapa hari ke depan akan melakukan upaya kedua untuk menghentikan kebocoran minyak tersebut.
"Kebocoran minyak itu terjadi sekitar enam minggu yang lalu, dan sejak saat itu minyak mentah (crude oil) telah tertumpah di Laut Timor sekitar 500.000 liter setiap harinya," kata Tanoni yang juga pemegang mandat hak ulayat masyarakat adat Timor, Rote Ndao, Sabu dan Alor.
Perusahaan minyak milik mantan PM Thailan, Thaksin Shinawatra yang dikudeta militer negara itu dua tahun lalu, telah membor sebuah sumur pelepas untuk memompa lumpur ke dalam sumur minyak yang meledak tersebut. Wilayah pengeboran yang telah ditarget itu, kata Tanoni dengan mengutip laporan jaringannya dari Canberra, sedalam 2,6 kilometer di bawah dasar laut.
"Namun, upaya pertama untuk menghentikan kebocoran minyak mentah ini telah gagal dan masih menunggu paling kurang empat hari lagi sebelum melakukan upayanya yang kedua untuk mengehentikan kebocoran tersebut," kata penulis buku Skandal Laut Timor, Sebuah Barter Politik Ekonomi Canberra-Jakarta itu.
"Meskipun demikian, tumpahan minyak yang ada seperti yang disampaikan Tracey Jiggins dari Otorita Keselamatan Maritim Australia (AMSA-Australian Maritime Safety Authority), Kamis (8/10), akan tetap berada di wilayah yang telah dicemari tersebut untuk beberapa waktu lamanya," tambahnya.