Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lembah Gunung Tigo Disetujui Jadi Kuburan Massal

Kompas.com - 06/10/2009, 20:29 WIB

PADANG PARIAMAN, KOMPAS.com — Keluarga korban gempa bumi yang tertimbun tanah longsor di tiga korong atau dusun, Pulau Air, Cumanak, dan Lubuk Laweh di Kanagarian Tandikat, Kecamatan Patamuan, Kabupaten Padang Pariaman, menyetujui rencana Pemerintah Provinsi Sumatera Barat untuk menjadikan lokasi bencana sebagai kuburan massal. Sebelumnya, di tengah keluarga korban masih terdapat kontroversi soal rencana menjadikan lembah Gunung Tigo, tempat ketiga dusun berada, sebagai kuburan massal.

Menurut Zamsi Marlis, salah seorang warga Pulau Air yang masih menunggu evakuasi mayat keluarganya, sebelumnya ada sebagian masyarakat yang menolak lembah Gunung Tigo dijadikan kuburan massal. "Tak ada dalam adat kami kuburan massal, jadi harus ditemukan semua jasadnya. Tetapi setelah ada pengertian di antara keluarga, akhirnya kami setuju karena pencarian jasad kerabat kami sudah dilakukan enam hari terakhir dan masih belum ketemu," ujar Zamsi yang ditemui di tenda pengungsian dekat tempat tinggalnya, Selasa (6/10).

Agus, warga dusun Cumanak yang kehilangan 11 saudaranya akibat tertimbun tanah longsor, juga mengaku sudah merelakan lembah Gunung Tigo dijadikan kuburan massal bagi saudaranya. Sebanyak 3 dari 11 saudaranya telah ditemukan. Namun, Agus mengatakan, waktu pencarian sudah terlalu lama.

"Kami terima apa adanya. Kalau memang pemerintah masih ingin mencari, ya kami izinkan. Tetapi jika mereka menghentikan pencarian dan menjadikan tempat ini sebagai kuburan massal, kami sudah ikhlas," ujar Agus.

Menurut dia, tak mungkin lagi memaksakan pencarian jasad delapan orang keluarganya yang masih tertimbun. "Kalau keluarga jelas tak sanggup lagi, apalagi selama ini kami melakukan pencarian hanya dengan cangkul dan sekop, sementara timbunan tanah begitu banyak," katanya.

Komandan Kodim Padang Sidimpuan Letnan Kolonel Suhardono mengatakan, pencarian tim evakuasi dengan menggunakan alat berat akan dihentikan segera setelah masyarakat memintanya. "Kami akan terus mencari jasad yang terkubur, sampai masyarakat menyerah. Kalau keluarga korban sudah menyerah, baru pencarian akan dihentikan," katanya.

Saat ini di lembah Gunung Tigo terdapat 14 alat berat, 11 unit di antaranya adalah ekskavator. Alat berat dalam jumlah cukup banyak ini memang baru beroperasi sejak Senin. Hari sebelumnya, hanya satu ekskavator milik Batalyon Zeni Tempur 2/PS Payakumbuh yang beroperasi di kawasan lembah Gunung Tigo.

Tim evakuasi cukup banyak berada di lembah Gunung Tigo. Selain relawan dari dalam negeri, tercatat relawan asal Korea Selatan, Jepang, Perancis, dan Qatar juga membantu evakuasi jasad yang tertimbun longsoran tanah di kawasan ini.

Suhardono mengatakan, selain di Kanagarian Tandikat, alat berat juga dioperasikan di Kanagarian Padang Alai, yang berada di sisi lain lembah Gunung Tigo. "Ada lima ekskavator di Padang Alai, tetapi masih belum bisa menembus lokasi longsoran karena jalannya terputus," katanya.

Hingga Selasa, pencarian jasad yang terkubur di Kanagarian Tandikat dan Padang Alai telah menemukan 94 jasad, dari 261 korban yang diperkirakan tertimbun longsoran tanah. "Kami merasa enggak enak dengan keluarga korban kalau menghentikan pencarian," kata Suhardono.

Zamsi mengatakan, beberapa keluarga korban masih meminta pemerintah untuk meneruskan pencarian jasad yang terkubur tanah longsor, setidaknya hingga tiga hari ke depan. "Setelah itu, silakan hentikan pencarian dan jadikan tempat tersebut kuburan massal. Kami tak ingin tinggal di sana lagi," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com