Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Itu Anakku... Itu Anakku!

Kompas.com - 02/10/2009, 09:59 WIB

KOMPAS.com — Suasana di Jalan Proklamasi, Tarandam, Padang, hingga tadi malam masih mencekam. Ribuan korban yang tertimbun bangunan yang roboh akibat gempa Rabu sore, sampai Kamis malam, belum bisa dievakuasi. Termasuk puluhan pelajar di bimbingan belajar Gamma di Jl Proklamasi, Tarandam, Padang.

Suasana pencarian jenazah para pelajar yang mengikuti les privat sangat memilukan. Puluhan orangtua menunggu proses evakuasi yang lamban di tengah hujan deras. Satu per satu mayat diangkat, dan langsung disambut jerit histeris.

“Itu anakku, itu anakku,” ujar Richard, Kepala Bidang Humas Pemko Padang, saat menyaksikan tim penyelamat mengeluarkan sesosok jasad dari balik reruntuhan, Kamis (1/10) siang. Sambil menenteng kamera untuk dokumentasi Pemko Padang, wajah lelaki yang biasanya riang itu kemarin tampak sangat cemas dengan mata yang merah.

Begitu melihat wajah anaknya yang memutih di balik kantong mayat, ia langsung berteriak dan menangis sejadi-jadinya. Beberapa wartawan mencoba menenangkan lelaki itu agar sabar. Begitu juga istri Richard tak dapat menguasai diri. Dia langsung meraung, menangis histeris ketika anak lelaki mereka ditemukan.

Richard dan istrinya berupaya memeluk putranya, namun dilarang petugas yang menyarankan melihat di RSUP M Jamil Padang. Tubuh kaku berselimut debu reruntuhan itu langsung masuk ambulans.

Tim evakuasi terus berupaya menyelamatkan korban satu per satu. Sebanyak 19 orang sudah dinyatakan tidak bernyawa, namun, para orangtua masih berharap anak-anak mereka diselamatkan. Ada 60 pelajar yang sedang mengikuti les ketika gempa dahsyat terjadi.

Menurut pengakuan Nola, orangtua korban, Rabu malam, sejumah anak-anak berteriak kelaparan dan kehausan dan merintih kesakitan. “Saya berteriak memanggil anak saya dan meminta petugas memberikan roti,” kata Nola. Ia juga melihat beberapa anak saling berpelukan, namun sudah dalam keadaan tidak bernyawa lagi. “Itu siswa yang bisa dijangkau, masih banyak lagi yang tidak bisa,” katanya dengan wajah cemas.

Gedung dua lantai itu amblas pada saat gempa 7,6 skala Richter mengguncang, Rabu sore. Menurut informasi, ketika gempa terjadi, sebagian siswa berlari ke lantai atas, sebagian lagi lari keluar gedung. Mereka terjebak di tangga dan di pintu sehingga terperangkap dalam reruntuhan.

Hingga berita ini diturunkan, baru tujuh siswa yang berhasil diselamatkan, sementara 19 lainnya tewas mengenaskan. Umumnya mereka menderita patah tulang dan luka tertimpa beton.

Suasana evakuasi sangat memilukan. Ada orangtua yang tetap bertahan menunggu di depan gedung. Tetapi ada juga yang mencari informasi di RS M Jamil Padang. Seperti Emilda (39), warga Palinggam, terus mencari Lila Yolanda (12), pelajar MTSN modern Gunung Panggilun. Ia kemudian memilih menunggu di RS M Jamil Padang karena seluruh korban tewas dan meninggal dibawa ke sana. Setiap ada korban, ia periksa satu per satu. Sampai penantian mereka berakhir, Kamis siang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com