Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Mbah... Kakiku Copot" (1)

Kompas.com - 16/07/2009, 14:13 WIB

SUASANA Dusun Robahan, Desa Mejayan, Caruban, Madiun (Jatim) Minggu (5/7) dini hari begitu sunyi. Warga yang sebagian besar bertani itu masih terbuai mimpi. Termasuk pasangan Sukemi dan Sukadi. Mendadak, pasangan ini terjaga saat mendengar teriakan cucunya, Endi Tegar Kurniadinata (4). “Mbah..Mbah.. kakiku copot...”

Keduanya langsung beranjak bangun dan berlari menuju kamar sang cucu di ruang depan. Ternyata, Tegar tidak ada di sana. Dengan perasaan tak menentu pasangan ini langsung membuka pintu depan rumahnya. Astaga! Dada kakek nenek itu seolah berhenti bedetak. Dari keremangan cahaya lampu mereka melihat Tegar dengan posisi merangkak di tanah sementara darah mengalir dari kaki kanannya yang sudah buntung. “Saya dan suami langsung menjerit sejadi-jadinya, sampai orang-orang kampung pagi itu bangun semua,” kata Sukemi (50).

Tanpa Tangisan
Tak mau buang waktu, Tegar langsung dilarikan ke rumah sakit di Caruban. Tapi karena peralatannya tidak memungkinkan bocah yang aktif ini dirujuk ke RS Dr Soedono Madiun. Seketika itu pula, tetangga yang lain memberitahu Devi Kristiani, ibu Tegar yang setiap pagi buta berjualan kue di pasar Caruban. Mendapat kabar buruk itu, ibu dua anak tersebut langsung bergegas menyusul ke rumah sakit.

Devi tak bisa mengendalikan emosi saat melihat anak sulungnya tergolek di ranjang dengan kaki kanan dibawah lutut sudah terlepas. Yang mengherankan, sejak kejadian hingga rumah sakit Tegar terdiam tanpa tangisan. Dan Devi makin ngenes, ternyata semua itu karena ulah suaminya sendiri, Puryanto.

“Aku tadi ditabrakkan Bapak ke kereta api!,” kata Tegar. Cerita bocah itu membuat yang mendengar geleng-geleng kepala.

Menurut Tegar, pagi itu ia tengah tidur terlelap di kamar depan. Sementara ibunya jualan kue di pasar. Tiba-tiba ayahnya yang sehari-hari berjualan pentol (bakso tanpa kuah) keliling kampung itu mengendongnya ke luar rumah. Ia masih ingat dalam kegelapan itu ia digendong dengan melintasi sawah, menuju rel kereta api yang berjarak sekitar 40 meter dari rumahnya.

Setelah itu tubuhnya diletakkan di atas rel. Begitu KA Bangunkarta jurusan Jakarta-Jombang lewat, Puryanto kemudian meninggalkan anaknya. Kaki kanan Tegar pun langsung terlindas dan lepas. Setelah ayahnya kabur, bocah berusia empat tahun ini berusaha pulang ke rumah dengan merangkak. Ia sama sekali tidak menangis. Luka kakinya yang buntung itu hanya terlindungi oleh celana.

Menurut bocah berkulit gelap itu, sebenarnya dia sempat meronta. “Di rel itu aku sempat dicekik Bapak,” kata Tegar sambil tetap asyik bermain mobil-mobilan bersama teman yang mengelilingi ranjangnya.

Cemburu
Apa yang membuat Puryanto gelap mata? Semua itu akibat percekcokan dengan Devi Kristiani. “Tadi malam saya sempat bertengkar, saya sengaja minta cerai karena belakangan ini dia kerap berbuat kasar terhadap saya maupun Tegar,” ujar Devi.

Salah satu sumber percekcokan itu lanjut wanita tamatan salah satu SMK di Caruban tersebut, karena suaminya yang sudah menikahi lima tahun silam itu sering cemburu dengan seseorang penjual sayur di pasar. “Padahal, saya tidak ada hubungan apa-apa,” kata Devi yang tak menduga suaminya yang asal Pelembang itu begitu tega dengan anaknya.

Selain kasar, Puryanto juga mulai lepas tanggung jawab. Belakangan ini, kata Devi, Pur tak lagi memberi uang belanja. Makanya. ia terpaksa jualan sayur untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. “Kalau tidak bekerja, kami dapat duit dari mana? Tapi setelah kerja justru dicemburui,” timpal Sukemi, ibu kandung Devi.

Percekcokan itu bukan hanya kepada istrinya saja, tapi juga kepada Sukemi, mertuanya. “Karena saya jengkel, tempo hari dia sempat saya usir dari rumah. Masak, saya membelikan kue untuk Tegar dan adiknya kok dia malah marah-marah,” cetus Sukemi.

Puryanto, lanjut Devi, belakangan berjualan pentol keliling kampung. Tapi, sebelumnya pekerjaan suaminya adalah pengamen, juga terkadang sebagai tenaga kasar di sawah. “Dari hasil penjualan pentol sebenarnya lumayan, tapi tidak diberikan saya, justru untuk main playstation di dekat terminal.”

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com