Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Anak Muda Memasuki Dunia Pers

Kompas.com - 31/05/2009, 12:53 WIB


BANDA ACEH, KOMPAS.com -
Maulina Iqlima Sari tak dapat menyimpan rasa bahagianya. Gadis berusia 23 tahun itu terpilih sebagai mahasiswa terbaik saat pengukuhan 22 mahasiswa Muharram Jurnalism College (MJC), sekolah jurnalis Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Banda Aceh. Bersamanya, ada empat mahasiswa lain yang juga menyandang predikat sama. Yaitu; Eva Damayanti, Zulkarnaini Mukhtar, T Umar dan Khithati. Mereka adalah mahasiswa pilihan dengan nilai di atas rata-tara. Sangat istimewa, kemarin para mahasiswa MJC ini dikukuhkan kelulusannya setelah menempuh pendidikan selama enam bulan di kampus JMC. “Ternyata menjadi wartawan bukan hanya butuh buku dan pena, tapi juga butuh tekad dan kejujuran,” kata Maulida saat mengungkapkan kesannya selama belajar di MJC.

Acara pengukuhan 22 mahasiswa MJC angkatan pertama ini berlangsung sederhana di gedung Sultan Selim II, Banda Aceh. Selain gubernur Aceh yang diwakili Kabag Humas, Nurdin F Joes, juga hadir tokoh pers Aceh, H Sjamsul Kahar, mantan ketua AJI Banda Aceh, Muhammad Hamzah, dan Hj Nurasyiah, ibunda (alm) Muharram M Nur, ketua AJI Banda Aceh periode 2002-2004.

Alm Muharram adalah satu dari 27 jurnalis Aceh yang menjadi korban musibah tsunami 2004 silam. Semasa hidupnya, Muharram yang bekerja di perusahaan penerbitan surat kabar, Harian Serambi Indonesia, dikenal sosok jurnalis profesional, berani, dan bertanggung jawab. Namanya kini diabadikan menjadi nama sekolah jurnalis di Banda Aceh, Muharram Jurnalism College (MJC).

Pada pelepasan 22 mahasiswa MJC kemarin, tidak ada yang lebih meriah kecuali hanya buncahan kesan dan pengalaman yang terekam pada di setiap mahasiswa MJC. Setelah enam bulan belajar, akhirnya tiba waktu bagi mereka mengakhiri pendidikan di bidang kewartawanan. “Ada banyak kesan yang saya dapat. Belajarnya lebih praktis. Sekarang sudah tahu apa itu bentuk berita straigth news, feature, indepth reporting, dan lainya,” kata Maulida.

Dunia jurnalis bagi Maulida bukanlah hal asing. Darah wartawan juga mengalir dari sang ayah yang juga bekerja di salah satu stasiun radio di Banda Aceh. Dia berharap dengan bekal ilmu yang didapat semakin membuka peluang untuk terlibat di dunia kewartawanan. “Setelah ini saya ingin lebih serius lagi. Saya ambil kelas media cetak di MJC, tapi juga tertarik dengan jurnalisme TV,” tutur gadis berkacamata ini.

Tidak seperti Maulida, beberapa mahasiswa MJC lainnya mengakui belum siap untuk terjun ke dunia wartawan secara full time. Khithati misalnya. Mahasiwa dengan predikat lulus terbaik ini mengakui lebih tertarik untuk menyelesaikan kuliahnya lebih dulu. “Bisa dibilang lebih ke freelance lah. Target pertama kuliah harus selesai dulu,” ujar mahasiswa Fakultas Dakwah Jurusan KPI ini.

Bagi gadis 21 tahun ini, menimba ilmu di MJC telah membuatnya semakin tahu akan seluk beluk ilmu kewartawanan. “Menjadi wartawan ternyata bukan hanya saja bergelut dengan berita. Tapi juga menempa kita untuk bersikap jujur dan bertanggung jawab kepada masyarakat,” ungkapnya.

Kini Khitati aktif sebagai jurnalis freelance untuk situs Aceh Service Feature, sebuah portal liputan mendalam dengan genre jurnalisme sastrawi.

Pengukuhan mahasiswa angkatan pertama MJC memang menjadi momen bersejarah. Paling tidak mereka adalah pioner dan generasi pertama yang menghidupkan sekolah jurnalis di Aceh. Kesan itulah yang kemarin terekam pada setiap mahasiswa MJC. “Banyak ilmu yang bisa kami dapat selama pendidikan. Misalkan bagaimana yang disebut Kode Etik wartawan, dan Itu jarang bisa kita dapat di luar,” kata Taharah, mahasiswa Fakultas Hukum Unysiah.

Diakuinya sistem belajar di MJC lebih praktis sehingga memudahkan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya di lapangan. Hal yang tidak bisa dilupakan para lulusannya juga karena sikap para pengajar yang low profil. “Kita bisa saling sharing kapan kita mau. Pokoknya baik-baik lah mereka.” Kesan serupa juga dirasakan Iffah (19). “Kalau di kuliah kita lebih banyak belajar teori. Tapi di MJC ada nilai lebihnya karena bisa praktek langsung,” kata mahasiswa Fakultas Sospol Unysiah ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com