Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muka Baru di DPRD Sumut Diragukan

Kompas.com - 26/05/2009, 20:59 WIB

MEDAN, KOMPAS.com — Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara periode 2009-2014 bakal dihuni hampir 80 persen muka baru. Mereka diragukan kompetensi dan kapabilitasnya, terutama dalam menghadapi persoalan dan tantangan Sumatera Utara lima tahun ke depan.

Kemampuan muka-muka baru ini dalam mengawal jalannya pemerintahan daerah yang bersih dan berwibawa juga diragukan. Hal ini diungkapkan pengamat politik dari Universitas Sumatera Utara (USU), Ridwan Rangkuti, di Medan, Selasa (26/5).

Dari 100 kursi di DPRD Sumut periode 2009-2014, hampir dipastikan, 79 di antaranya diduduki muka-muka baru. Menurut Ridwan, secara umum, problem kapasitas dan moralitas anggota DPRD masih tetap dominan dalam lima tahun ke depan.

"Kondisi ini diperparah dengan kepentingan parpol yang lebih mengemuka, dibanding kepentingan rakyat, meski mereka yang duduk sekarang ini rata-rata merupakan hasil suara terbanyak," ujar Ridwan.

Dia juga menyangsikan, anggota DPRD yang baru mampu menghadapi tantangan Sumut dalam lima tahun ke depan, yang bakal dipenuhi persoalan terkait masalah pendidikan, kesehatan, infrastruktur, perburuhan, dan lingkungan. "Kalau mereka masih juga diwarnai kepentingan parpol, akan sangat sulit mengawal gubernur mewujudkan visi dan misinya saat kampanye, seperti mewujudkan rakyat yang tidak lapar, rakyat tidak sakit, dan rakyat punya masa depan," kata Ridwan.

Di sisi lain, Ridwan mengungkapkan, DPRD bukan arena untuk belajar bagi para politisi baru tersebut. Mereka dituntut cepat menguasai persoalan sehingga tak tertinggal dari mitra kerjanya, Pemprov Sumut.

"Selama ini, inisiatif membuat rancangan peraturan daerah hampir semuanya datang dari Pemprov Sumut. Rancangan peraturan daerah tentang RPJM (rencana pembangunan jangka menengah) juga didominasi eksekutif. Lantas bagaimana anggota DPRD bisa benar-benar memperjuangkan aspirasi rakyat," kata Ridwan.

Anggota Fraksi PDI-P DPRD Sumut, Syamsul Hilal, mengatakan, wajar jika memang muka-muka baru yang nantinya bakal mendominasi DPRD Sumut diragukan kemampuannya, apalagi selama ini belum tentu popularitas calon legislatif di mata pemilih sebanding dengan kemampuan politisnya.

Ada pemilih yang populer di mata rakyat dan terpilih karena mekanisme suara terbanyak, tetapi belum tentu dia punya kemampuan politik memadai, "Sementara ada calon legislatif yang kompeten secara politik, tetapi tak terpilih karena mekanisme suara terbanyak ini," ujar Syamsul.

Dia sepakat bahwa tantangan DPRD Sumut periode 2009-2014 jauh lebih berat dibanding periode sebelumnya. Kondisi ini menurut Syamsul membutuhkan pemahaman yang lebih dari anggota DPRD.

Salah satu muka baru yang bakal duduk di DPRD Sumut, Brilian Moktar, mengatakan, rakyat tak perlu meragukan kapasitas caleg yang mereka pilih. Meski baru, menurut Brilian, bukan berarti kemampuan mereka sebagai anggota DPRD kalah dibanding mereka yang lebih lama duduk di kursi dewan.

"Sebenarnya tak ada istilah yang lama atau baru. Kami ini kan bukan anak-anak. Persoalan ini kan muncul karena parpol relatif tidak mau melakukan kaderisasi sehingga muka-muka lama di dewan juga enggan melepas jabatan. Tetapi apa pun ceritanya, muka-muka baru ini terpilih karena mekanisme suara terbanyak yang harus dihormati," katanya.

Menurut Brilian, tantangan DPRD Sumut lima tahun ke depan, seperti penciptaan pemerintah daerah yang bersih dan transparan, juga tetap menjadi perhatian mereka. "Kami tetap menuntut apa yang dituntut pemilih, seperti pelayanan publik yang baik, infrastruktur sampai penciptaan pemerintahan daerah yang bersih dan transparan," katanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com