Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Usaha Taksi di Semarang Lesu Terimbas Krisis

Kompas.com - 14/04/2009, 20:59 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com - Krisis global turut membuat usaha taksi di Kota Semarang lesu karena turunnya omzet dan reservasi. Untuk itu, para pengusaha taksi gencar mengatur strategi pemasaran dan promosi untuk mendongkrak pendapatan.

General Manager Blue Bird Group Pool Semarang Muhammad Affandi, Selasa (14/4), mengakui, krisis global memengaruhi usaha taksi Blue Bird yang ditandai dengan turunnya omzet. Saat ini omzet turun dari rata-rata Rp 68 juta per hari menjadi Rp 55 juta per hari yang diperoleh dari pengoperasian 200 armada.

"Banyaknya rit juga berkurang dari biasanya 12-13 rit per hari menjadi 11 rit per hari," ujar Affandi, di sela-sela peluncuran perdana pembayaran taksi blue bird dengan credit voucher, di Kota Semarang, Jawa Tengah.

Affandi mengatakan, mulai Januari 2009 atau setelah krisis global melanda, juga terjadi penurunan reservasi taksi dari 1.500 per hari menjadi 1.400 per hari. "Jumlah telepon yang masuk juga berkurang dari 2.500 per hari menjadi 2.200 per hari," ucap Affandi.

Affandi mengakui, kondisi ini tidak lepas dari turunnya minat masyarakat untuk menggunakan taksi. Untuk itu, diperlukan peningkatan dari segi pelayanan agar pendapatan terdongkrak.

Salah satu bentuk penarik minat adalah peluncuran credit voucher sebagai bentuk pembayaran. Affandi menuturkan, salah satu pelayanan ini juga merupakan salah satu langkah untuk menaikkan kem bali pendapatan dengan menarik perhatian konsumen.

Pengusaha taksi New Atlas Group Tutuk Kurniawan mengakui, sebanyak 104 dari 294 armadanya tidak beroperasi akibat krisis global. Hal ini disebabkan turunnya pendapatan pengemudi taksi setelah dipotong uang setoran. "Padahal, sebelum adanya krisis, terdapat 250 armada yang masih beroperasi," kata Tutuk.

Akibatnya, omzet yang diterima oleh perusahaan berkurang dari Rp 40 juta menjadi Rp 30,5 juta karena minimnya armada yang beroperasi.

Padahal, menurut Tutuk, biaya operasional taksi terutama untuk pengeluaran suku cadang meningkat hingga 50 persen juga akibat krisis global. Soalnya Indonesia belum bisa memproduksi suku cadang sendiri, sehingga suku cadang masih dibeli dari luar negeri dengan kurs dollar yang tinggi, tutur Tutuk yang juga selaku Ketua Asosiasi Pengusaha Taksi Jateng.

Untuk mengantisipasi dampak krisis global tersebut, Tutuk menggencarkan promosi dengan memberlakukan tarif batas bawah kepada pelanggan. "Apalagi, saingan di bisnis transportasi semakin marak," ucapnya.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com