Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pola Cuaca di Sumbagsel Berubah akibat Pemanasan Global

Kompas.com - 13/03/2009, 19:19 WIB

PALEMBANG , KOMPAS.com — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mencatat adanya perubahan pola cuaca yang ekstrem dan tidak normal di kawasan Sumatera bagian selatan yang diduga sebagai dampak dari fenomena pemanasan global. Perubahan itu antara lain terjadi kenaikan temperatur atau suhu minimum, pergeseran pola musim, dan peningkatan curah hujan dari ambang normal.

Demikian disampaikan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Kenten Kota Palembang Muhammad Irdham, Jumat (13/3) di Palembang.

Irdham menjelaskan, rata-rata temperatur atau suhu minimum di wilayah Sumatera bagian selatan biasanya berkisar 22 derajat celsius. Dari catatan BMKG, pola suhu minimum ini sudah bertahan selama lebih dari sepuluh tahun terakhir.

Namun, sejak awal tahun ini kami mencatat terjadi kenaikan rata-rata temperatur minimum menjadi 23,5-24 derajat celsius. "Itu artinya suhu lingkungan kita menjadi lebih panas," katanya.

Irdham memperkirakan bahwa fenomena pemanasan global telah mengubah pola temperatur minimum ini di sejumlah kawasan di Indonesia, salah satunya di Sumatera bagian selatan. Selain itu, pemanasan global juga telah mengubah sejumlah pola cuaca lainnya.

Selain mengakibatkan terjadinya kenaikan temperatur minimum, Irdham menjelaskan dampak lainnya terlihat dari tidak menentunya pola cuaca. Dia mencontohkan pada saat ini telah terjadi pergeseran rentang waktu musim hujan, begitu juga dengan musim kemarau.

Kedua pola musim ini bergeser dari rentang waktu normal. "Akibatnya, pola cuaca sulit diprediksi karena bisa berubah sewaktu-waktu," katanya.

Puncak hujan

BMKG Palembang juga memperkirakan bahwa sepanjang bulan Maret 2009 ini merupakan puncak musim hujan. Indikatornya, saat curah hujan naik menjadi rata-rata 190 milimeter, dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya mencapai 170 milimeter.

Meski merupakan puncak musim hujan, Irdham mengatakan bahwa saat ini ada siklus cuaca yang tidak normal. Ketika siang hari, temperatur udara bisa cukup panas dan membuat gerah karena pengaruh inversi suhu.

Namun, uniknya hujan selalu turun di saat malam hari. Karena suhu turun, bersamaan muncul kabut tebal pada dini sampai pagi hari. "Kabut inilah yang membahayakan penerbangan," katanya.

Di sisi lain, BMKG juga memperkirakan bahwa peralihan musim dari hujan ke kemarau (musim pancaroba) di wilayah Sumbagsel akan terasa pada bulan April 2009. Ketika pancaroba tiba, Irdham meminta pemerintah dan warga untuk meningkatkan kewaspadaan karena saat itu rawan bencana angin puting beliung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com