Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sektor Kehutanan Perlu Terobosan

Kompas.com - 12/03/2009, 16:55 WIB

SAMARINDA, KOMPAS.com — Kalangan rimbawan mengimbau sesamanya untuk tetap optimistis meski sektor kehutanan sedang lesu. Rimbawan perlu terus membuat terobosan di bidang pendidikan dan dunia usaha agar sektor kehutanan tetap bertahan.

Demikian mengemuka dalam Obrolan Rimbawan Mulawarman bertema "Kompetensi Pendidikan Kehutanan dan Prospek Lulusan Fakultas Kehutanan Menyongsong Kebangkitan Dunia Kehutanan Nasional", di Universitas Mulawarman, Samarinda, Kalimantan Timur, Kamis (12/3).

Koordinator Penyangga Hutan Tanaman Industri PT Sumalindo Lestari Jaya, Tbk, Setiono Topandi mengemukakan, hutan alam (HA) tidak akan mampu lagi berfungsi sebagai penyedia bahan baku. Yang bisa menggantikan ialah hutan tanaman industri (HTI).

Produksi kayu HTI pada 2000 sebanyak 3,7 juta m3 dan menjadi 11,5 juta m3 pada 2006. Kondisi itu berkebalikan dengan di HA dimana produksi pada 2000 sebanyak 8 juta m3 dan melorot jadi 3,6 juta m3 pada 2006.

Topandi mengemukakan, program perluasan HTI yang dicanangkan pemerintah bisa menyerap 500 sarjana kehutanan per 500.000 hektar. Satuan pengelolaan HTI rata-rata seluas 16.000-24.000 hektar yang memerlukan 24 karyawan dengan pendidikan minimal diploma tiga dan sarjana kehutanan.

Ketua Persatuan Sarjana Kehutanan Indonesia (Persaki) San Afri Awang mengutarakan, tenaga kerja dengan pendidikan kehutanan perlu dilengkapi dengan sertifikasi kompetensi. Sertifikasi bisa dipakai untuk menjamin bahwa lulusan kehutanan memang dinilai mampu menerapkan pengetahuan dalam dunia kerja. Selain itu, menetapkan standar penghasilan sebagai penghargaan terhadap lulusan kehutanan.

Guru besar Kehutanan Universitas Gadjah Mada itu mengimbau lulusan kehutanan sebaiknya jangan khawatir. Di Kaltim, dengan 5 juta lahan kritis, bila direhabilitasi bisa menyerap 1.250 sarjana kehutanan. Wisudawan kehutanan sekitar 600 orang per tahun, katanya, yang juga Ketua Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM.

Staf Ahli Gubernur Kaltim Bidang Pertanian, Sumber Daya Alam, dan Lingkungan Hidup Daddy Ruhiyat mengatakan, sektor kehutanan masih punya harapan untuk bertahan bahkan berkembang. Sampai kini belum ada bahan yang efektif menggantikan kayu, sedangkan kebutuhannya tidak pernah turun, kata guru besar Kehutanan Unmul itu.

Menurut Daddy, industri kecil, menengah, dan besar dengan produk berbeda bisa diandalkan untuk mempertahankan sektor kehutanan. Industri kehutanan seharusnya tidak cuma menghasilkan produk kayu lapis, tetapi turunannya seperti furnitur dengan kualitas baik.

"Tantangan untuk perguruan tinggi bagaimana penelitian kehutanan mampu menghasilkan teknologi terapan untuk rakyat dan dunia usaha," kata Daddy.

San Afri menyayangkan banyaknya sarjana kehutanan yang tidak bekerja untuk membangun hutan. Ada 20.000 anggota Persaki, tetapi kenyataan menunjukkan hutan kian rusak. Kondisi itu akan menurunkan citra positif kehutanan sebagai disiplin ilmu yang penting.

"Jangan sekadar menjadi sarjana salon yang kakinya tidak pernah di hutan," kata San Afri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com