Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awas Modus Penipuan "Haryono" di BCA

Kompas.com - 03/09/2008, 07:46 WIB

KUPANG, RABU — Kepala Badan Perpustakaan NusaTenggara Timur  Melkianus Lima ditipu Haryono yang mengaku staf Dharma Wanita Perpustakaan Nasional.

Awalnya, pelaku mengatakan kepada Melkianus Lima bahwa Dharma Wanita Perpustakaan NTT mendapat bantuan pemberdayaan perempuan senilai Rp 5 juta. Lima kemudian memberi nomor telepon rumahnya agar Haryono berbicara langsung dengan istrinya yang adalah Kepala Dharma Wanita di lingkungan perpustakaan.

Haryono kemudian meminta nomor rekening Ny Lima. Tetapi Ny Lima menjawab, tidak ada rekening pribadi atas namanya, kecuali rekening atas nama suaminya, Melkianus Lima. Kepada Ny Lima Haryono menjelaskan dana bantuan Rp 5 juta itu untuk kegiatan kecil-kecil saja karena Perpustakaan Nasional pun sedang kesulitan dana. Ny Lima kemudian memberikan nomor rekening BCA Kupang atas nama suaminya.

Haryono diminta menghubungi suaminya di kantor melalui nomor telepon seluler yang diberikan Ny Lima. Kepada Melkianus Lima, Haryono mengatakan, 30 menit lagi akan menstranfer uang Rp 5 juta ke rekening Lima. Karena itu setelah 30 menit, Lima diminta ke ATM BCA Kupang untuk mengecek, apakah dana Rp 5 juta sudah masuk atau belum.

"Satu jam kemudian saya cek, tetapi tidak ada uang masuk. Lalu saya hubungi Haryono di Jakarta. Haryono mati-matian mengatakan telah menstransfer uang itu ke rekening saya. Ia kemudian marah melalui telepon seluler, dan mendesak saya cek ulang,"kata Lima.

Setelah tiga kali cek di ATM pun tidak ada uang masuk. Haryono kemudian mengatakan baru saja tiga hari lalu ia menstranfer untuk Perpustakaan Daerah Kepulauan Riau senilai Rp 10 juta. Tidak mungkin uang Rp 5 juta itu belum masuk rekening Lima. Haryono kemudian berjanji membantu Lima dengan meminta bantuan staf BCA, yang juga adalah teman baik Haryono. Karena itu Lima diminta pergi lagi ke ATM BCA.

Tiba di ATM BCA Kupang Lima mengecek saldo di ATM, tapi tidak ada tambahan uang. Ia kemudian menghubungi Haryono. Saat itu Haryono langsung mengalihkan pembicaraan kepada rekannya yang disebutkan bekerja di BCA. Orang bersangkutan mulai mengarahkan Lima. Pertama, ia menanyakan jumlah saldo yang ada di rekening itu.

Kemudian, ia memerintahkan Lima untuk memasukkan kartu ATM, menekan PIN, transfer, nomor rekening Lima, nomor rekening Haryono, ok. Saat itu Lima sempat menolak karena perintah tersebut merupakan proses transfer. Namun, orang bersangkutan kembali menegaskan bahwa dirinya sudah bekerja 25 tahun di BCA dan selalu membantu memproses transfer uang nasabah.

"Setelah menekan sampai 10 kali lebih kartu SIM keluar dengan sendirinya. Saya cek saldo uang sisa Rp 5.000. Saya menelepon Haryono di Jakarta, ia tertawa terbahak-bahak sambil mencibir, 'itu kecil masih ada yang sampai Rp 1 miliar lebih' sambil mematikan teleponnya," katanya.

Menurut Lima, kejadian itu terjadi pada awal Juni 2008, tetapi ia masih stres dan trauma hingga kini. Strokenya kambuh lagi, sementara ia baru saja sembuh dari sakit ginjal. "Uang itu hasil jual tanah 300 m2 di Kota Kupang Rp 27 juta, Rp 10 juta yang lain tabungan dari gaji saya. Total Rp 37 juta ia ambil semuanya. Saya tidak punya apa- apa lagi," tuturnya.

Sementara itu, hakim Pengadilan Negeri Kupang FX Sugiarto mengatakan, dirinya saat masih bertugas di PN Jayapura hampir tertipu Rp 100 juta. Namun, saat ia berada di ATM BNI Abepura, Jayapura, Papua, dan berbicara dengan orang yang mengaku staf Mahkamah Agung langsung dicegat Satpam di ATM itu.

"Satpam buka pintu ruang ATM dan bertanya, Bapak bicara dengan siapa. Bapak kenal orang itu, kalau tidak kenal jangan dilayani, itu penipu. Saya sadar dan keluar dari uangan itu. Setelah dicek di Jakarta ternyata tidak ada permintaan tersebut," katanya.

Peran satpam BNI di Abepura, Jayapura, itu sangat baik. Kalau semua satpam yang bertugas di setiap ATM cukup teliti dan cerdas seperti itu, itu akan sangat membantu para nasabah. (KOR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com