SEMARANG, KOMPAS.com- Arkeolog Tri Subekso menyebut Kota Semarang sudah berjaya jauh lebih lama sebelum adanya penetapan Hari Jadi yang diperingati setiap tanggal 2 Mei.
Diperkirakan peradaban di Kota Semarang sudah eksis sejak abad 8 Masehi. Pasalnya letak Kota Semarang berada di wilayah pesisir Pantai Utara Jawa yang merupakan kawasan Dermaga besar pada masa itu.
"Saya kira awal-awal Masehi itu memang Kota Semarang sudah eksis sebagai munculnya peradaban dan tempat interaksi antara penduduk pribumi (Jawa kuno) pada masa itu dengan orang-orang luar," katanya saat dihubungi melalui panggilan telepon, Selasa (2/5/2023).
Tri menyebutkan ada sejumlah bukti peninggalan abad 8 hingga 10 masehi. Misalnya situs Watu Tugu di kecamatan Tugu kota Semarang.
Baca juga: Sejarah Hari Jadi Kota Semarang yang Diperingati Tiap Tanggal 2 Mei
"Meskipun pada zaman Belanda ditemukan dalam kondisi runtuh. Itu bisa dijadikan salah satu penanda peradaban awal-awal yang ada di Kota Semarang area Barat," paparnya.
Menurutnya, tugu ini sebenarnya tidak seperti yang diceritakan selama ini, yakni sebagai tanda batas antara Majapahit dan Padjajaran. Pasalnya tugu tersebut lebih menyerupai setupa yang penempatannya sengaja diletakkan di sebuah bukit yang berada di tepian pantai Utara Jawa.
Bergeser ke kawasan Simongan, daerah Bergota, Mugas dan sekitarnya, juga masih ada sisa-sisa komponen bangunan candi. Dari laporan Belanda disebut ada temuan Nekara, tapi kemudian ditemukan reruntuhan bangunan candi saat membangun Gereja Katedral.
"Artinya adalah sudah ada bangunan-bangunan klasik pada masa lalu yang posisinya berada di tepian pantai Semarang pada masa lalu," imbuhnya.
Ia menegaskan peninggalan candi-candi itu cukup menjadi bukti bahwa kota Semarang sudah eksis sejak lama. Dalam hal ini sebagai permukiman pribumi maupun untuk kegiatan perekonomian.
"Semarang itu salah satu kota yang berada di tepi laut tetapi langsung terhubung dengan gunung (gunung Ungaran). Zaman dulu adanya gunung yang paling dekat dengan laut itu lebih memungkinkan para pelaut atau pendatang sebagai tempat jujugan (tujuan) karena navigasi terbatas di masa itu," ujarnya.
Tri berharap Pemerintah Kota Semarang lebih gencar mengenalkan sejarah Kota Semarang, khususnya bagi generasi milenial dengan cara populer. Baik melalui museum, buku sejarah, ataupun sosial media yang dimiliki Pemkot.
"Ini menjadi satu media literasi buat generasi untuk mengetahui sejarah Semarang, kemudian banyak tinggalan kota Semarang itu mungkin bisa lebih di jaga dan dirawat lagi," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.