SOLO, KOMPAS.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Solo, Jawa Tengah, melakukan pengawasan ketat terhadap adanya pasar takjil di sejumlah wilayah. Upaya ini untuk mencegah perilaku pedagang nakal saat menjual dagangannya, selama bulan Ramadhan tahun ini.
Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Heru Sunardi, mengatakan salah satu bentuk kenakalan pedagang takjil adalah dengan mencoba mencampurkan olahan makanan dengan bahan berbahaya. Seperti, pengawet dari bahan formalin, boraks, serta pewarna buatan.
"Ini yang kami antisipasi. Jangan sampai masalah ini terjadi di Solo. Niat mencari untung malah berlaku curang. Nanti secara berkala kami akan berkeliling ke tempat-tempat pasar takjil untuk mengambil sampel (makanan)," kata Heru Sunardi, Kamis (23/3/2022).
Baca juga: Masjid Raya Sheikh Zayed Solo Bagi 6.000 Takjil Saat Ramadhan, Ada Menu Indonesia dan Arab
Heru mengatakan pihaknya, juga bekerja sama dengan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk melakukan penelitian atas sempal makanan tersebut.
"Kalau sampai ada pedagang yang coba-coba mencampur dengan bahan nonmakanan, akan kami tindak," tegas Heru.
Sejumlah, titik lokasi pasar takjil yang sementara terdaftar di Pemkot, yakni berada di Balai Kota Surakarta dan di kelurahan Jayengan.
Sedangkan untuk kawasan Manahan, yang dari tahun ke tahun menjadi langganan lokasi pasar takjil, untuk tahun ini tidak diperbolehkan. Namun, diakomodir di Lokasi Parkir Gedung Wanita Manahan.
Di Gedung Wanita sudah terdaftar sekitar 60 pedagang takjil. Mulai buka puasa pertama sudah mulai buka dan menjajakan makannya.
Kepala Disdag Heru Sunardi mengatakan, pengawasan sudah dilaksanakan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Ia mengatakan telah menyasar disejumlah pasar tradisional dan ritel-ritel modern di Kota Solo.
Heru mengatakan stok kebutuhan bahan pokok diprediksi aman. Namun, jika nantinya adanya kenaikan harga atau menipisnya stok maka akan dilaksanakan pemantau dan upaya penurunan.
Baca juga: Larangan Buka Bersama Pejabat, Pemkab Bantul Tunggu Aturan Turunan
"Kalau terpaksa menaikkan harga, kenaikannya harus wajar. Kalau yang pasokan sekarang naik, sudah kami tanyakan. Contohnya cabai rawit merah, naik karena curah hujan. Tapi sebentar lagi akan stabil kembali, karena masa panennya akan tiba juga," kata Heru.
"(barang tak layak konsumsi) Sudah kita minta diturunkan dan etalase untuk dikembalikan kepada pihak distributor. Ada yang cacat bungkusnya, atau kedaluwarsa hingga berubah warna. Kemudian juga kita tegaskan makanan tak layak konsumsi ini jangan malah dijadikan sebagai parsel," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.