SIKKA, KOMPAS.com – Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, melaporkan, kasus stunting di kabupaten itu turun 0,8 persen atau berkurang 190 orang jika dibandingkan Agustus 2022 yang mencapai 3.174 orang atau 13,8 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka Petrus Herlemus mengatakan, penurunan jumlah tersebut berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan pada Februari 2023.
“Terkait stunting posisi validasi terakhir itu di angka 13 persen. Kita turun dari 13,8 persen ke 13 persen, ini berarti sekitar 2.984 anak yang masih stunting,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka Petrus Herlemus kepada wartawan di Maumere, Selasa (7/3/2023).
Baca juga: Berkunjung ke NTT, Menkes Bantu Alat Antropometri untuk Deteksi Stunting
Petrus menilai, capaian itu cukup luar biasa karena dari 3.714 sasaran hampir 99,7 persen ditimbang.
Persentase ini meningkat jika dibandingkan sasaran penimbangan pada Agustus 2022 yang mencapai 96,47 persen.
Menurut Petrus stunting di Sikka sudah kuratif, karena itu perlu penanganan intensif. Salah satunya melalui program pemberian makanan tambahan (PMT).
Hanya, kata dia, persoalannya, apakah pemerintah desa mengintervensi dana desa (DD) untuk penanganan stunting melalui program PMT.
“Kalau untuk 13 kelurahan ada dana lokasi, dan itu ada pembandingnya sudah cukup signifikan kalau mengikuti metode Kolombia dengan menu dan stimulan-stimulan yang dilakukan. Itu perkembangannya cukup baik,” katanya.
“Makanya ini yang menjadi ujian kita terbesar bahwa, apakah dana tersedia untuk Maret 2023 sampai Agustus 2023. Itu yang jadi soal,” tambahnya.
Petrus menambahkan, persoalan stunting sebenarnya bisa diselesaikan dengan mudah. Paling penting membangun kesadaran orang tua.
Baca juga: Angka Stunting di Solo 788 Kasus, Gibran: Masih Banyak
Misalnya, memperhatikan kesehatan anak mulai dari remaja putri (rematri). Kalau sejak rematri tidak anemia dan sehat, tentu kelak menjadi calon nikah yang sehat.
“Tapi kalau sejak rematri dia sudah anemia, masuk rumah tangga hamilnya juga anemia, bumilnya kekurangan energi kronis (KEK), berat bayi lahir rendah (BBLR) maka itu potensi stunting,” ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.