SIKKA, KOMPAS.com - Kasus Deman Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali bertambah selama 2023.
Kepala Dinas Kabupaten Sikka Petrus Herlemus menyebut, sejak Januari hingga Kamis (2/3/2023) jumlah penderita DBD mencapai 326 orang.
"Sampai saat ini ada 326 kasus. 21 orang masih dirawat di RSUD Tc. Hillers dan dua pasien dirawat di Rumah Sakit Santa Elizabeth Lela. Jadi ada 23 orang yang dirawat. Belum ada korban jiwa," ujar Petrus kepada wartawan di Maumere, Jumat (3/3/2023).
Baca juga: Ada 113 Kasus DBD di Sumbawa, Dinkes Soroti Kebiasaan Warga Buang Sampah Sembarangan
Menurut Petrus, jika tren kasus tak kunjung menurun, maka hingga akhir Maret jumlah kasus DBD akan melebihi akumulasi kasus tahun 2022 yang mencapai 466 kasus.
"Dilihat dari grafik lonjakan kasus sudah masuk level waspada apalagi sudah mencapai 326 kasus," ujarnya.
Petrus telah memerintahkan tim gerak cepat (TGC) untuk turun ke sejumlah puskesmas dengan jumlah kasus tinggi. Di antaranya, Kopeta, Beru, Waigete, Nanga, Nita dan Watubaing.
Tim akan bertemu pihak puskesmas selanjutnya berkoordinasi dengan camat setempat untuk melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Baca juga: Cerita Keluarga di Bima Kehilangan 2 Putri karena DBD dalam Sepekan
Petrus khawatir jika gerakan PSN tidak segera dilakukan maka kasus DBD di Sikka akan masuk fase kejadian luar biasa (KLB).
“Karena tahun ini, Siklus Sikka ini Siklus KLB, tiga tahunan. Sehingga ini tanda-tanda ke arah KLB sudah mulai jelas, karena dengan 326 ini sudah masuk fase waspada,” katanya.
Petrus telah menginstruksikan semua puskesmas agar pasien yang datang dengan keluhan demam harus dilakukan penanganan dan dicurigai DBD.
“Nanti kalau misalnya berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium bukan DBD itu soal lain. Tetapi kalau keluhan panas dan demam itu langsung dicurigai DBD,” katanya.
Baca juga: Kasus DBD di Kota Bima Bertambah 208 Orang, Dinkes Ungkap Dugaan Penyebabnya
Selain itu Dinkes Sikka juga telah meminta tim sahabat sehat puskesmas untuk memantau dari rumah ke rumah.
Jika ditemukan ada anak atau orang dewasa yang menderita demam segera dibawa ke puskesmas.
Petrus menambahkan, faktor utama penyebab tingginya kasus DBD di Sikka akibat rendahnya kesadaran masyarakat menjaga kebersihan lingkungan.
“Sebenarnya paling penting soal sanitasi lingkungan, kebersihan rumah dan lingkungan sekitar, dan kesadaran masyarakat. Kalau kami khususnya staf sudah maksimal kerjanya,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.