GROBOGAN, KOMPAS.com - Jalan Raya penghubung tiga kabupaten di Desa Bago, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah yang baru rampung dibetonisasi dengan anggaran Rp 15,9 miliar ambles sedalam 5 meter sepanjang 15 meter.
Berdasarkan pantauan Kompas.com pada Sabtu (11/2/2023), jalan provinsi tersebut nyaris putus, hanya menyisakan lebar setengah meter untuk akses pengendara.
Warga sekitar terpaksa berswadaya mengurug dengan material bebatuan untuk memudahkan pengguna jalan melintas.
Tokoh masyarakat Desa Bago Witono (53) menyampaikan proyek betonisasi Jalan Raya Kuwu (Grobogan) menuju Galeh (Sragen) sepanjang 2,8 kilometer selesai dibangun pada 22 Oktober 2022.
Baca juga: Gunungkidul Dapat Bantuan Perbaikan Jalan Rusak Rp 55 Miliar
Namun sebulan setelahnya pada 24 November, cor beton pada titik kilometer 13 tepatnya di Dusun Salak ambles.
Pembangunan infrastruktur jalan di wilayah Kabupaten Grobogan itu tercatat menghubungkan menuju dua wilayah tetangga yakni Kabupaten Sragen dan Kabupaten Ngawi.
"Betonisasi hanya bertahan sebulan dan ambles hingga saat itu tak bisa dilintasi pengendara," kata Witono.
PT Geonika Bahana Makmur Utama selaku penggarap proyek kemudian berupaya memperbaiki kerusakan jalan dengan teknik pengaspalan dan tuntas pada 10 Desember 2022.
Namun dua pekan setelahnya pada 26 Desember, jalan yang diaspal justru kembali ambles.
"Pengaspalan pun hanya bertahan 15 hari dan ambles sedalam 5 meter. Ambles sepanjang 10 meter," terang Witono.
Baca juga: Jalan Akses Blora-Ngawi Sepanjang 13 Kilometer Rusak Parah
Karena tak kunjung ada perbaikan, warga sekitar yang kesal kemudian patungan mengurug jalan itu alternatif untuk keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan.
"Jalan ini adalah akses perekonomian masyarakat menuju Sragen dan Ngawi. Kami terpaksa urunan beli batu 20 ritase. Satu ritase Rp 450 ribu. Kami sudah melapor ke BPBD, PUPR dan Binamarga Jateng namun tak kunjung diperbaiki," kata Witono.
Kini masyarakat berharap pemerintah segera merealisasikan perbaikan jalan Provinsi tersebut menyusul jalur tersebut adalah satu-satunya fasilitas moda transportasi darat menuju kabupaten lain atau sebaliknya.
"Informasi peneliti dari Undip yang datang kesini, di bawah jalan ini adalah tanah berair atau lumpur. Diduga penyebabnya itu. Kami berharap segera ditindaklanjuti," pungkas Witono.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.