Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Sapto Waluyo
Dosen

Sosiolog dan Pendiri Center for Indonesia Reform (CIR)

Fajar Sadboy dan Cermin Buram Masyarakat Indonesia

Kompas.com - 03/02/2023, 13:27 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SETELAH pudarnya pesona Roy Citayam dan Bonge yang memperkenalkan SCBD (Sawangan, Citayam, Gojong Gede, dan Depok) sebagai subkultur alternatif di ruang terbuka Jakarta, maka jagat media sosial dihebohkan dengan tampilnya "Fajar Sadboy".

Sesuai namanya, remaja berusia 15 tahun itu menampilkan wajah sedih dan memelas karena patah hati ditinggal pacarya.

Namanya mulai mencuat pada akhir 2022, ketika tayangan singkat di platform TikTok menjadi rekomendasi FYP (For Your Page).

Dari awal Oktober, saya chat cuman di-read saja. Cinta memang gak selamanya indah tapi seenggaknya saya punya perjuangan yang seharusnya dihargai,” ujar remaja bernama asli Fajar Labatjo.

Video itu dikutip akun @dagelan_tiktok pada Selasa (27 Desember 2022) menjadi viral. Seakan mewarnai akhir tahun yang kelabu.

Sosok Fajar yang polos dan memelas tak hanya meriuhkan TikTok, tetapi juga Instagam, Twitter hingga Facebook.

Fajar berasal dari Desa Sumawa, Kabupaten Bone Bolango, sekitar 10 kilometer dari kota Gorontalo. Ia mengaku anak nomor tiga dari empat bersaudara.

Dalam dialognya dengan Denny Cagur, Fajar menyatakan terus terang bahwa di antara empat bersaudara itu, yang paling tua adalah ayahnya.

Karuan saja, DC bengong dan penasaran, lalu bertanya ulang: “Fajar nomor tiga dari empat bersaudara. Punya kakak dan adik. Saudara yang paling tua siapa?”

Fajar dengan tulus dan yakin menjawab tanpa ragu: “Bapak saya”. Pemirsa tertawa, dalam hati mungkin mencibir keluguan atau ketidak-nyambungan jawaban Fajar.

Percakapan Fajar-Denny itu menjadi trending topic di Twitter (21.400 tweet), sedangkan nama Denny Cagur menjangkau 5.141 tweet.

Selama berhari-hari netizen digemparkan oleh kepolosan (sebagian orang mempersepsinya sebagai ‘kebodohan’ remaja dari Gorontalo). Hingga seorang da’i kondang menyesalkan munculnya sosok remaja yang mempermalukan Provinsi Gorontalo.

Ayah Fajar, Erol Labatjo, kemudian juga diundang Denny untuk tampil di podcast, Pertanyaan yang sama diajukan tentang silsilah keluarga dan kakak-adik dari Fajar.

Ketika ditanya, siapa yang paling tua dalam keluarga, ternyata jawabannya persis: “Saya (bapak).”

Rupanya, dalam pemahaman masyarakat Gorontalo, saudara yang paling tua dalam rumah itu, termasuk dihitung posisi sang ayah.

Kalau ada kakek/nenek, mungkin termasuk dihitung juga. Perlu riset langsung ke lapangan untuk mengeceknya. Yang jelas, Fajar “tidak bodoh” dan terbukti jujur.

Bila Roy dan Bonge dapat dibaca, dalam perspektif sosiologis, menawarkan narasi tandingan atas narasi dominan (grand narrative): Citayam Fashion Week (CFW) versus Paris Fashion Week (PFW) atau gelar busana dunia lain yang menipu orang-orang kaya di kota.

Maka, Fajar Sadboy dapat dijelaskan dari perspektif teori looking-glass self (cermin diri) yang pernah diuraikan Charles Horton Cooley.

Konsep diri, menurut Cooley, seperti seseorang yang sedang berada di depan cermin kaca, maka tampilan yang muncul itu bisa mengesankan atau mengecewakan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com