KOMPAS.com - Bakar Tongkang merupakan tradisi masyarakat Tionghoa di Kota Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau.
Tradisi Bakar Tongkang merupakan acara tahunan terbesar di Kota Bagansiapiapi.
Bakar Tongkang merupakan acara tahunan yang mampu menarik wisatawan, baik dalam negeri maupun luar negeri.
Pada saat festival diperkirakan terdapat ribuan wisatawan yang melihat tradisi tersebut.
Tradisi Bakar Tongkang terkait dengan imigran dari Cina, dimana mereka meninggalkan tanah airnya untuk menetap di Riau.
Bakar Tongkang berupa ritual membakar kapal (terakhir) yang digunakan untuk berlayar para imigran dari Cina, yang pada akhirnya memutuskan menetap di Riau.
Para imigran Cina pertama kali menginjakan kaki di Riau sekitar tahun 1826.
Baca juga: Agenda Pariwisata Riau 2018, Ada Ombak Bono sampai Bakar Tongkang
Peristiwa tersebut menajadi akar festival Bakar Tongkang.
Daerah yang didiami para imigran Cina tersebut dikenal dengan nama Bagansiapiapi.
Dipercaya, leluhur masyarakat Bagansiapiapi adalah orang-orang Tang-lang keturunan Hokkien yang berasal dari Distrik Tong'an (Tang Ua) di Xiemen, Provinsi Fujian, Cina Selatan.
Mereka meninggalkan tanah airnya menggunakan tongkang. Kapal yang biasa digunakan untuk mengangkut pasir dan mineral di tambang.
Awalnya, ada tiga tongkang yang melakukan ekspedisi, namun hanya satu kapal yang sampai ke pantai Sumatera.
Ekspedisi yang dipimpin oleh Ang Mie Kui berhasil sampai Riau dengan mengikuti cahaya kunang-kunang, yang secara lokal dikenal sebagai siapi-api.
Mereka tiba di daerah tak berpenghuni yang terdiri dari rawa-rawa, hutan, dan padang rumput.
Kemudian peserta ekspedisi menetap di tempat tersebut dan memberi nama Bagansiapiapi atau Tanah Kunang-kunang.