KUPANG, KOMPAS.com - BOS, bocah berusia 20 bulan asal Desa Tesbatan, Kecamatan Amarasi, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), ditemukan meninggal dalam saluran irigasi di wilayah setempat.
"Kejadiannya Minggu (15/1/2023) kemarin siang," kata Kepala Kepolisian Resor Kupang Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Irwan Arianto, kepada Kompas.com, Senin (16/1/2023) petang.
Irwan menuturkan, kejadian itu berawal pada Minggu (15/1/2023) siang, ibu korban, Yunita (26) sedang ke kamar kecil. Yunita meninggalkan BOS persis di depan pintu kamar kecil rumahnya.
Baca juga: Mahasiswa Unhas Meninggal Saat Diksar Mapala, Mengeluh Sakit di Lintas Pegunungan Maros-Malino
Tak lama kemudian, Yunita keluar WC, tetapi tidak lagi melihat BOS.
Yunita lalu mencari BOS di sekitar rumah, namun tidak ditemukan.
Sekitar pukul 13.00 Wita, seorang kerabat mereka CM (10) yang bermain di pinggir jalan dekat saluran air, sempat melihat BOS terseret air melewati saluran irigasi.
CM lantas memberitahukan kepada seorang warga bernama Alfonsus, yang saat itu melintas.
Alfonsus pun berteriak minta tolong sehingga warga lainnya Remi (33) yang juga Sekretaris Desa Tesbatan berlari mengikuti pinggir saluran irigasi.
"Remi mendapati korban tersangkut di pintu irigasi," ungkap Irwan.
Warga ramai-ramai mengeluarkan dan mengevakuasi BOS dari saluran irigasi.
Ibu BOS dan kerabat yang lain pun datang dan membawa korban ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Oekabiti.
"Namun, nyawa BOS tak bisa diselamatkan," ujar dia.
Anggotanya dari Kepolisian Sektor (Polsek) Amarasi yang menerima laporan ini kemudian mendatangi lokasi kejadian.
Baca juga: Motor Tergelincir Sejauh 10 Meter di Buleleng, 1 Korban Tewas
Petugas kesehatan memeriksa tubuh BOS dan ditemukan pada bagian leher yang patah. Selain itu, ada luka memar pada kepala bagian atas, luka memar pada kepala depan kanan, luka lecet pada lutut kiri dan kanan kulit terkelupas.
"Korban jatuh di dalam saluran irigasi dan terseret arus air yang deras sejauh sekitar satu kilometer, sehingga menyebabkan lehernya patah dan luka di beberapa bagian tubuh lainnya," kata Irwan.
Keluarga pun menerima kematian BOS sebagai musibah dan menolak untuk diotopsi jenazah BOS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.